UNRWA: Pengungsi Palestina Kini Menghadapi Situasi Paling Menantang
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM Pengungsi Palestina saat ini menghadapi situasi paling menantang di wilayahnya sejak awal perjuangan mereka pada tahun 1948. Konflik yang belum pernah terjadi sebelumnya di Suriah telah menyebabkan pengungsi dalam jumlah besar terpaksa bolak balik melalui perbatasan.
Kesulitan berlanjut dialami pengungsi Palestina di Libanon, blokade Gaza, meningkatnya ketidakamanan, perluasan pemukiman dan pendudukan di Tepi Barat. Faktor ini menggarisbawahi kerentanan para pengungsi Palestina dan meningkatkan ketergantungannya pada dukungan Badan Bantuan dan Dinas Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (United Nations Relief and Works Agency, UNRWA).
Ini diungkapkan Kepala Divisi Hubungan Donor UNRWA Esther Kuish Laroche di Auditorium Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta dalam peringatan Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina pada Kamis (28/11) bahwa kebutuhan pengungsi Palestina makin bertambah dan UNRWA menghadapi dana kritis sebesar 37 juta dolar AS (Rp 445 miliar) sekarang dan akhir tahun. Apabila dana ini tidak mencukupi, UNRWA tidak akan mampu membayar gaji para guru, staf medis, pekerja sosial, dan staf lainnya pada bulan Desember dan program UNRWA pun akan terhenti. Hal ini akan berdampak di wilayah yang sudah sebelumnya rentan.
UNRWA diberi mandat melalui Resolusi Majelis Umum PBB 302 untuk melaksanakan bantuan langsung dan program kerja untuk pengungsi Palestina. Badan ini beroperasi sejak 1 Mei 1950 dengan mandat selama tiga tahun. Kebuntuan masalah pengungsi Palestina membuat Majelis Umum berulang kali memperbaharui mandat UNRWA.
Editor : Bayu Probo
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...