Uskup Baton Rouge: Doa Memberi Kekuatan dalam Dukacita
BATON ROUGE, SATUHARAPAN.COM – Uskup dari Baton Rouge, negara bagian Louisiana, Robert William Muench, menyerukan kepada umat Katolik dan Kristen dalam setiap kebaktian mulai pekan depan agar mengadakan rangkaian doa khusus dan rutin terhadap peristiwa penembakan yang merenggut nyawa tiga penegak hukum di kota tersebut.
Dalam sebuah pernyataan resmi dan dikutip ulang Catholic News Service, hari Senin (18/7) dia mendesak umat Katolik dan Kristen untuk sama-sama melakukan langkah rekoleksi dan penghayatan menuju perdamaian abadi di tengah-tengah masyarakat.
Dia menuturkan bersama dengan Pastor Tom Ranzino dari keuskupan Baton Rouge telah mengunjungi dua keluarga polisi yang menjadi korban penembakan.
“Kata-kata tidak dapat mengekspresikan emosi yang kita rasakan bagi mereka yang telah kehilangan orang yang dicintai dalam peristiwa tragis,” kata Muench.
Saat bertemu dengan korban penembakan, dia menjelaskan doa merupakan satu-satunya kekuatan ketika terjadi sebuah tragedi. Muench mengemukakan saat ini masih muncul banyak pertanyaan tentang hal tersebut karena biasanya banyak orang yang tidak kembali mengacu kepada Firman Tuhan saat tertimpa bencana.
“Hanya dalam Firman Tuhan saja yang dapat menyediakan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang mengguncang iman kita,” kata Muench.
Muench mengingatkan bahwa dalam keadaan dukacita, Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan umat-Nya, seperti tertuang dalam Yesaya 40-48 yang menjelaskan tentang keselamatan untuk bangsa yang sedang berada di dalam pembuangan.
“Setiap orang boleh saja bereaksi yang berbeda-beda terhadap tragedi kekerasan, beberapa dari kita mungkin marah karena kekerasan akan membuat kita hidup dalam penderitaan,” kata dia.
Sementara itu uskup dari Houma Thibodaux, masih di negara bagian Louisiana, Shelton Joseph Fabre, mengatakan dengan kekuatan doa yang sungguh-sungguh maka akan menghapus air mata kesedihan karena kehilangan orang yang dicintai dalam kehidupan kita.
“Sebagai penduduk asli New Roads (Louisiana, Red) saya merasa sakit hati yang mendalam, karena terjadi kekerasan,” kata Fabre.
Selain berdukacita untuk korban di Baton Rouge, dia juga menyatakan berkabung untuk korban penembakan di tempat lain seperti di Minneapolis, Dallas.
Fabre mendesak banyak orang untuk mempertimbangkan tiga hal dalam doa, yang pertama untuk setiap pagi masing-masing berdoa secara pribadi untuk mengakhiri kekerasan.
Ia menambahkan hal kedua yang tidak kalah penting dalam berdoa bagi korban kekerasan adalah berdoa harus dilakukan secara kolektif.
Poin penting yang ketiga yakni seluruh umat manusia di setiap negara harus bekerja sama mewujudkan keadilan dan perdamaian.
Kekerasan Kepada Aparat Penegak Hukum di AS
Kasus kekerasan terhadap penegak hukum terus berlanjut di AS, menurut Associated Press, hari Minggu (17/7), tiga polisi meninggal dan tiga lainnya terluka dalam penembakan di Baton Rouge, Louisiana.
Seorang saksi menggambarkan pria bersenjata itu mengenakan baju bernuansa hitam dan membawa amunisi lengkap. Namun, hingga saat ini belum ada konfirmasi mengenai identitas lengkap dan motif pelaku. Polisi hanya mengungkap pria tersebut bernama Gavin Long.
Sementara itu, di Kota Kansas, polisi menggerebek sebuah rumah yang diduga milik Gavin Long. Beberapa petugas berjaga dengan senjata lengkap di balik pohon dan yang lainnya berlindung di belakang mobil.
Insiden tersebut menambah rangkaian kekerasan di Negeri Paman Sam setelah dua pekan sebelumnya, seorang pria kulit hitam, Micah Xavier Johnson meninggal dunia tertembak di Dallas.
Sebelum penembakan terhadap Xavier Johnson, juga terjadi penembakan terhadap pemuda berkulit hitam lainnya yang menimpa Philando Castile, di Minnesota, dan Alton Sterling juga di Baton Rouge, Louisiana. (catholicnews.com)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Film Mufasa: The Lion King Tayang di Bioskop
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menyambut masa liburan akhir tahun, The Walt Disney Studios merilis film ...