Vaksinasi Polio di Jalur Gaza Bergantung pada Jeda Pertempuran
JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Pejabat Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sedang bersiap untuk meluncurkan kampanye vaksinasi polio di Jalur Gaza pada hari Minggu (1/9) yang akan bergantung pada serangkaian jeda terbatas dalam pertempuran antara pasukan Israel dan militan Hamas yang bertahan di daerah kantong yang terkepung itu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan perlu memvaksinasi sedikitnya 90 persen anak-anak di Gaza agar kampanye itu berhasil, tetapi menghadapi tantangan besar di daerah kantong Palestina itu, yang sebagian besar telah hancur oleh perang selama hampir 11 bulan.
Kampanye ini diselenggarakan setelah WHO mengatakan pada tanggal 23 Agustus bahwa seorang bayi lumpuh akibat virus polio tipe 2, kasus pertama di wilayah tersebut dalam 25 tahun, dan badan-badan PBB mengimbau agar segera dilakukan upaya vaksinasi.
Sekitar 1,2 juta dosis vaksin telah dikirim ke Gaza menjelang kampanye, yang bertujuan untuk memvaksinasi lebih dari 640.000 anak, kata seorang pejabat WHO pada hari Jumat (30/8).
Sebanyak 400.000 dosis tambahan sedang dalam perjalanan ke wilayah tersebut, kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk wilayah Palestina yang diduduki.
Jeda yang direncanakan tidak terkait dengan negosiasi yang telah berlangsung selama berbulan-bulan untuk mencoba menyetujui penghentian pertempuran di Gaza dan pengembalian sandera Israel dan asing sebagai ganti tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
COGAT, badan Israel yang mengoordinasikan administrasi di wilayah Palestina yang diduduki, mengatakan jeda tersebut akan dikoordinasikan sebagai bagian dari serangkaian jeda kemanusiaan yang dilaksanakan secara berkala sejak dimulainya kampanye Israel di Gaza Oktober lalu.
Hamas juga telah menyetujui jeda tersebut, yang menurut PBB diperlukan agar kampanye dapat dimulai. Vaksinasi tahap kedua akan diperlukan setelah tahap pertama selesai.
WHO mengatakan militer Israel dan Hamas telah menyetujui tiga jeda pertempuran selama tiga hari yang terpisah dan terzonasi untuk memungkinkan putaran pertama vaksinasi dilakukan oleh badan-badan PBB yang berkoordinasi dengan kementerian kesehatan Palestina.
Lebih dari 2.180 staf telah dilatih untuk memberikan vaksinasi dan informasi tentang kampanye tersebut kepada orang-orang di Gaza.
Jeda tersebut, yang akan berlangsung selama tiga hari antara pukul 06:00 pagi dan 15:00 sore, akan dimulai di Gaza tengah, sebelum pindah ke selatan dan kemudian Gaza utara.
Namun, karena tantangan logistik dan keamanan yang dihadapi operasi tersebut, pejabat WHO mengatakan bahwa mungkin diperlukan waktu tambahan satu hari untuk setiap putaran.
Sebagian besar rumah sakit di Gaza telah rusak atau hancur, dengan hanya 17 dari 36 rumah sakit di wilayah tersebut yang berfungsi sebagian dan kurang dari setengah dari 132 pusat kesehatan primer masih beroperasi, menurut data WHO.
Otoritas kesehatan di Jalur Gaza mengonfirmasi kasus polio pertama dalam 25 tahun awal bulan ini.
Infeksi dan kelumpuhan parsial yang dialami Abdul-Rahman Abu Al-Jidyan yang berusia hampir satu tahun telah mempercepat rencana untuk kampanye vaksinasi massal anak-anak di seluruh wilayah Palestina yang dimulai pada 1 September.
Jeda tiga hari dalam pertempuran di masing-masing dari tiga zona Gaza telah disetujui oleh Israel dan Hamas untuk memungkinkan ribuan pekerja PBB memberikan vaksin.
Asal-usul Infeksi
Strain yang sama yang kemudian menginfeksi bayi Palestina, dari virus polio yang berasal dari vaksin tipe 2 yang juga telah terdeteksi dalam air limbah di beberapa negara maju dalam beberapa tahun terakhir, terdeteksi pada bulan Juli dalam enam sampel limbah yang diambil di Khan Younis dan Deir al Balah.
Tidak jelas bagaimana strain tersebut sampai di Gaza tetapi sekuensing genetik menunjukkan bahwa strain tersebut menyerupai varian yang ditemukan di Mesir yang mungkin telah diperkenalkan sejak September 2023, kata WHO.
Badan kesehatan PBB mengatakan bahwa penurunan vaksinasi rutin di Wilayah Palestina yang Diduduki, termasuk Gaza, telah berkontribusi pada kemunculannya kembali.
Cakupan vaksinasi polio, yang utamanya dilakukan melalui imunisasi rutin, diperkirakan mencapai 99 persen pada tahun 2022 dan turun menjadi 89 persen pada tahun 2023.
Petugas kesehatan mengatakan penutupan banyak rumah sakit di Gaza, yang sering kali disebabkan oleh serangan Israel atau pembatasan bahan bakar, telah berkontribusi pada tingkat vaksinasi yang lebih rendah. Israel menyalahkan Hamas, dengan mengatakan bahwa mereka menggunakan rumah sakit untuk keperluan militer.
Petugas bantuan mengatakan kondisi sanitasi yang buruk di Gaza, tempat selokan terbuka dan tumpukan sampah menjadi hal yang biasa terjadi setelah hampir 11 bulan perang, telah menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi penyebarannya.
Vaksinasi Massal
Militer Israel dan kelompok militan Palestina Hamas telah menyetujui tiga jeda pertempuran tiga hari yang terpisah dan ditetapkan zonanya untuk memungkinkan putaran pertama vaksinasi.
Kampanye ini akan dimulai di Gaza tengah pada hari Minggu (31/8) dengan tiga jeda pertempuran harian berturut-turut, kemudian pindah ke Gaza selatan, di mana akan ada jeda tiga hari lagi, diikuti oleh Gaza utara. Ada kesepakatan untuk memperpanjang jeda di setiap zona hingga hari keempat jika diperlukan.
Vaksin, yang dilepaskan dari persediaan darurat global, telah tiba di Gaza dan akan diberikan kepada 640.000 anak di bawah usia 10 tahun.
Vaksin akan diberikan secara oral oleh sekitar 2.700 petugas perawatan kesehatan di pusat-pusat medis dan oleh tim-tim bergerak yang bergerak di antara ratusan ribu orang Gaza yang mengungsi akibat perang, kata pekerja bantuan PBB.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa peluncuran yang berhasil membutuhkan cakupan setidaknya 95%.
Putaran kedua vaksinasi direncanakan pada akhir September.
Kasus Gaza yang berasal dari vaksin dipandang sebagai kemunduran bagi perang melawan polio global yang telah menurunkan kasus hingga lebih dari 99 persen sejak 1988 berkat kampanye vaksinasi massal.
Polio liar kini hanya endemik di Pakistan dan Afghanistan meskipun lebih dari 30 negara masih terdaftar oleh WHO sebagai negara yang dilanda wabah, termasuk negara tetangga Gaza, Mesir dan Israel.
WHO telah memperingatkan tentang penyebaran polio lebih lanjut di Gaza dan lintas batas mengingat buruknya kondisi kesehatan dan kebersihan di sana.
Poliomielitis, yang menyebar terutama melalui jalur fekal-oral, adalah virus yang sangat menular yang dapat menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan dan kematian pada anak kecil, dengan anak di bawah usia 2 tahun paling berisiko. Dalam hampir semua kasus, polio tidak memiliki gejala, sehingga sulit dideteksi. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...