Vanessa Shania: Dream high, bermimpilah sesuatu yang tidak rasional
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Vanessa Shania yang akrab dipanggil Sasa demikian gadis kelahiran Bandung, 26 November 2000 ini disapa. Dengan wajah oriental, pembawaan ceria dan vibes yang positif Sasa menceritakan bagaimana awalnya dia terlibat dalam kegiatan Nahdatul Ulama (NU).
Keterlibatan Vanessa Shania di Nahdatul Ulama (NU)
Awalnya, ketika Empat tahun yang lalu, saya harus membuat sebuah tulisan ilmiah sebagai syarat kelulusan di SMAK 1 BPK PENABUR Bandung, saya mengajukkan sebuah judul yang mengambil tema tentang sejarah. Namun tulisan ilmiah saya ditolak oleh Guru Pembimbing saya, Sasa memulai ceritanya.
Saya kesal dan akhirnya pulang ke rumah, di rumah saya menyalakan televisi dan menonton acara di salah satu televisi yang menunjukkan pencalonan presiden dan wakil presiden Jokowi dan Ma’ruf Amin, lalu saya tertarik dengan Ma’ruf Amin dan mencari tahu mengenai sosok beliau, cerita Sasa. Ketertarikannya itulah yang kemudian membuat Sasa memutuskan untuk mengambil tema Nahdatul Ulama untuk tulisan ilmiahnya.
Dengan judul tulisan ilmiah “Kontribusi Nahdlatul Ulama pada Masa Orde Baru saat kembali ke Khittah 1926”, Sasa kemudian mengajukkan judul tulisan ilmiah kepada guru pembimbingnya, dan gurunya sempat menolak judul tersebut karena menganggap topiknya terlalu berat. Namun setelah Sasa dapat memberikan argumentasinya, gurunya pun menyetujuinya.
Dengan berbekalkan surat pengantar dari sekolah, Sasa seorang diri tanpa didampingi guru memasuki Kantor PCNU dan menyatakan maksud tujuannya.
“Saat itu, guru pendamping saya tidak bisa mengantar karena ada keperluan, jadi saya dengan percaya diri mendatangi kantor Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Sancang , saya bersyukur guru pendamping saya tidak bisa mengantar saya saat itu karena dengan begitu saya sendiri yang langsung berbicara dan menyatakan maksud saya kepada teman- teman di PCNU. Kalau saja saat itu guru saya bisa mendampingi pasti Guru saya yang akan bicara bukan saya. Tapi karena saya sendirian maka saya bisa berbicara menyampaikan maksud saya dan karena itulah saya bisa sampai di titik ini sekarang,” jelas Sasa.
“Namun, perbendaharaan buku di Nahdhatul Ulama sana tidak mencukupi dan saya dianjurkan untuk mendatangi kantor Pengurus Wilayah (PWNU) Provinsi Jawa Barat saja. Saya pun berangkat ke Jl. Terusan Galunggung di mana kantor tersebut berada. Di sana saya benar-benar merasa disambut dengan baik dan mendapatkan cukup materi untuk keperluan karya tulis saya”, ujar Sasa.
Tulisan ilmiah Sasa masuk ke tulisan terbaik yang harus dipresentasikan, dan saat presentasi Sasa juga sempat menyanyikan lagu Mars NU. Setelah karyanya rampung, selain dilaporkan pada sekolahnya, karya tersebut juga disimpan rapi di perpustakaan PWNU Jawa Barat.
Intensitas kedatangannya ke kantor PWNU Jawa Barat inilah yang kemudian membuatnya semakin mendalami Nahdatul Ulama dan mengenal akrab banyak teman-teman lintas iman. Dari mulai petinggi wilayah hingga teman-teman yang tidak jauh dari usianya.
Walaupun tugasnya sudah selesai dan kini meneruskan pendidikan di Jurusan Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Sasa tetap intens bersilaturahmi ke kompleks kantor NU Jawa Barat dan mengikuti kegiatan-kegiatan NU dan kegiatan lintas agama. Bagi Sasa kehangatan PWNU membuat dia kemudian menjuluki PWNU sebagai rumah keduanya.
Mengenal Sosok Vanessa Shania
Vanessa Shania lahir di Kota Bandung, pada tanggal 26 November 2000, Sasa sejak dari TK sampai dengan SMA mengenyam Pendidikan di BPK PENABUR Bandung. Diawali dari TKK 6 PENABUR Bandung, SDK 1 PENABUR Bandung, SMPK 1 PENABUR Bandung dan SMAK 1 PENABUR Bandung. Bercita-cita menjadi Notaris sejak kecil, Sasa mengambil jurusan Hukum Universitas Parahyangan dan sekarang sedang mengikuti ujian seminar penulisan hukum.
Sasa bersyukur karena keputusan yang tepat bersekolah di BPK PENABUR, karena BPK PENABUR mengajarkan selain ilmu juga kedisplinan, tanggung jawab dan karakter. Sasa ingat Orangtuanya memasukkannya ke SMAK 1 BPK PENABUR Bandung karena dengan bersekolah di SMAK 1 BPK PENABUR Bandung Sasa diajarkan menghadapi kesulitan-kesulitan di sekolah yang kemudian membuatnya dengan lebih mudah menjalani kehidupan di dunia perkuliahan.
Dream high, bermimpilah sesuatu yang tidak rasional demikian pesan Sasa kepada siswa/I BPK PENABUR, lakukanlah sesuatu yang tidak biasa, yang mungkin bagi orang mustahil dan tidak bisa dilakukan. Tapi mari kita buktikan bahwa kita bisa melakukannya.
Sasa menambahkan, awal ketika mengajukan judul tulisan ilmiah tentang Nahdatul Ulama ada banyak orang meragukan apakah saya bisa mengerjakannya. Tapi saya mengatakan pada diri saya, bahwa saya bisa melakukannya. Dan saya berhasil, disinilah saya sekarang dan inilah saya sekarang.
“Bergaullah dengan banyak orang, ramah terhadap semua orang, belajarlah menghormati satu dengan yang lain dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena ada hal-hal yang tidak bisa didapat di sekolah dan hanya bisa didapat di dalam kehidupan sehari- hari,” ujar Sasa.
Salah satu Dream high bagi Sasa adalah lolos kompetisi Duta Peradilan yang sekarang Ia sedang ikuti, dan berharap dia dapat lolos ajang ini. Karena melalui ajang ini Sasa yakin bisa melakukan banyak hal terutama untuk memperkenalkan tolerasi dan lintas agama.
Sasa berharap apa yang sudah dirintisnya sekarang bisa berdampak bagi BPK PENABUR bahkan masyarakat, dan kegiatan yang mendorong toleransi juga dapat terus dilaksanakan. Sasa juga berkata, “kunci terwujudnya kebhinekaan, ya saling berusaha memahami perbedaan dan menerima orang lain apa adanya.” “Eksisnya NU tidak lain dan tidak bukan juga dikarenakan keterbukaannya pada agama dan kepercayaan lain.
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...