Venezuela Legalkan Operasi Pertukaran Mata Uang
CARACAS, SATUHARAPAN.COM - Majelis Konstituante Venezuela yang sangat berkuasa pada hari Kamis (2/8) memutuskan untuk melegalkan operasi pertukaran mata uang untuk mengendurkan kontrol valuta yang ketat.
Kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah sosial ini telah mencekik perekonoman negara kaya minyak tersebut.
Jangkauan kebijakan itu tidak jelas dan langkah sebelumnya untuk memperbaiki model ekonomi Venezuela hanya memiliki dampak kecil.
Kecil kemungkinannya, kata para ekonom, pemerintah Presiden Nicolas Maduro akan menyingkirkan kontrol mata uang sepenuhnya, yang pertama kali diberlakukan oleh pendahulunya, Hugo Chavez, pada 2003 guna mengekang hengkangnya modal.
Keputusan itu tampaknya menjadi pertanda bahwa pemerintah Maduro mengakui dampak kontrol tersebut pada perekonomian Venezuela yang mengalami resesi selama 5 tahun ini, dengan tingkat inflasi diperkirakan mencapai 1 juta persen tahun ini.
Sebelumnya pemerintahan Trump mengirim $6 juta tambahan dana bantuan kemanusiaan kepada Kolombia untuk membantu negara itu mengurus lebih satu juta warga Venezuela yang melintasi perbatasan mengungsi ke Kolombia.
Bantuan tambahan itu diumumkan oleh Direktur USAID Mark Green, Senin (16/7), di kota perbatasan Cucuta, Kolombia. Green mengatakan warga Venezuela itu mengungsi dari yang disebutnya selaku krisis kemanusiaan buatan manusia yang dapat dihindarkan.
“Mereka menyelamatkan diri dari kelaparan, kelangkaan obat-obatan dan tidak adanya peluang. Lebih mendasar lagi mereka menyelamatkan diri dari tirani dan rezim lalim yang tidak berfungsi,” kata Green.
Amerika sudah mengeluarkan $32 juta menolong warga Venezuela di kawasan perbatasan Kolombia termasuk untuk pangan, vaksin dan bantuan pada rumah sakit dalam menangani arus pengungsi.
Green mengatakan Amerika mengutuk kebijakan Venezuela “yang penuh khayal, tidak berprikemanusiaan dan salah arah” dan menuduh Presiden Nicolas Maduro melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Perekonomian Venezuela yang kaya minyak dan tadinya subur, kini berantakan sebagian akibat jatuhnya harga minyak dunia, kebijakan sosialis yang gagal dan korupsi dalam pemerintahan. Negara itu mengalami kekurangan gawat pangan, obat-obatan dan minyak bensin.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyalahkan Amerika yang menyebabkan negaranya diterpa krisis dan juga oleh apa yang disebutnya sebagai oposisi yang didukung Amerika yang mau menyingkirkannya dari kekuasaan.(VOA)
Editor : Melki Pangaribuan
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...