“Via Dolorosa”, Puisi Paskah di Ibadah Seberang Istana
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Minggu Paskah dalam perayaan yang dilakukan oleh jemaat GKI Bapos Taman Yasmin Bogor dan jemaat HKBP Filadelfia Bekasi, berlangsung di seberang Istana Merdeka Jakarta, Minggu (5/4). Sekitar 150 jemaat dan simpatisan melaksanakan ibadah yang dipimpin oleh Pendeta Stephen Suleeman dan 5 pendeta pendamping serta dihadiri juga oleh Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gutom.
Sebuah perenungan melalui pembacaan puisi berjudul "Via Dolorosa" karya George Sicilia dibacakan oleh salah seorang jemaat, mengawali ibadah dan perayaan Paskah tersebut. Berikut adalah puisi Paskah tersebut:
Via Dolorosa
Tidak ada jalan kembali
Golgota menanti di ujung sana
Wangi kematian menyeruakkan pekik membahana
“Salibkan Dia! Salibkan Dia!”
Teringat kebersamaan di meja makan itu
Teringat ciuman manis di taman itu
Teringat penyangkalan di subuh itu
Teringat lambaian palma di gerbang Yerusalem
Tidak ada jalan kembali
Hanya salib menekan berat
Hanya sesah dan hujat menyobek hati
“Salibkan Dia! Salibkan Dia!”
Tertatih-tatih dalam pedih perih
Dalam duka dan luka yang semakin dalam
Lebih pahit dari anggur bercampur empedu itu
Yang coba menyayat sebongkah cinta di hati
Tidak ada jalan kembali
Tetes keringat, darah dan airmata berbaur
Debu menghempas, kaki lunglai terjungkal
“Salibkan Dia! Salibkan Dia”
Sesah tak sisakan jeda ‘tuk sekedar mendesah
Sementara bayang-bayang Kalvari kian nyata
Aroma kematian semakin menyeruak tajam
Golgota bukit tengkorak
Tak ada jalan kembali
Salib yang Kau pikul sudah ditancapkan
“Inilah Raja Orang Yahudi”
“Salibkan Dia! Salibkan Dia!”
Tok!! Tok!! Tok!! Tok!!
Kau dengarkah?
Suara paku menancap di kedua tangan-Nya?
Dan darah segar yang mengucur dari sana?
Tok!! Tok!! Tok!! Tok!!
Kau dengarkah?
Suara paku menancap di kedua kaki-Nya?
Dan darah segar yang mengucur dari sana?
Dan kau dengarkah pinta-Nya?
“Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu
apa yang mereka perbuat!”
Dan kau rasakah cinta-Nya?
Lalu gelap.
Yesus mati.
Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah
Gempa bumi dan bukit-bukit batu terbelah
Kuburan terbuka
Maut tak sanggup menahan kuasa-Nya
Satu penyesalan terucap:
“Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah”
Via Dolorosa
Berhiaskan cerca cela dan amis darah
Di ujungnya menanti kematian
Yang disambut dengan tangan terentang
Via Dolorosa
Ada cinta yang tak terbalas
Darah dan air mengalir dari lambung yang terluka
Cinta mencari dan menemukan jalannya
Via Dolorosa
Karena Yesus yang tersalib disana
Jalan kematian itu diubahkan menjadi jalan kehidupan
Kau pun disambut dengan tangan terentang
Via Dolorosa
Dalam derita-Mu kulihat cinta
Maut Kau kalahkan untukku
Kini aku punya jalan kembali.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...