Vietnam, Tiongkok Makin Terjebak dalam Sengketa Perairan
NAYPYDAW MYANMAR, SATUHARAPAN.COM - Vietnam dan Tiongkok semakin dalam terjebak dalam sengketa perairan, yang memantik kerusuhan berdarah di Vietnam, dengan menteri pertahanan Hanoi pada Selasa mengatakan kedua negara bertetangga itu belum mencapai kata sepakat.
Ketegangan di kawasan itu masih tinggi setelah meletus gelombang anti-Tiongkok di Vietnam terkait dengan rencana bermasalah Beijing untuk mengebor minyak di perairan sengketa tersebut.
Massa yang marah pekan lalu menyerang ratusan tempat usaha milik asing, serta menewaskan dua warga Tiongkok.
Tiongkok merespon aksi tersebut dengan mengevakuasi ribuan warganya dari Vietnam, sementara hubungan bilateral antara negara bertetangga itu jatuh ke level terendah selama beberapa dekade.
Menteri Pertahanan Vietnam Phung Quang Thanh mengatakan kedua belah pihak telah membicarakan penempatan kilang raksasa itu di kawasan sengketa dan menekankan perlunya "resolusi damai" bagi sengketa tersebut selama pertemuan.
"Kami masih memiliki sudut pandang berbeda," katanya kepada wartawan setelah pertemuan menteri-menteri pertahanan ASEAN di ibukota Myanmar Naypyidaw pada Selasa, yang juga dihadiri Tiongkok.
Pertemuan informal tingkat menteri tersebut didominasi oleh masalah Laut China Selatan, yang juga diklaim sebagian oleh negara anggota ASEAN lain yaitu Filipina, Brunei dan Malaysia, serta oleh Taiwan.
Pekan lalu para pemimpin 10 negara anggota ASEAN menunjukkan sikap bersatu dengan mengekspresikan "keprihatinan serius" terkait sengketa di perairan yang menjadi jalur utama pengapalan serta diperkirakan mengandung cadangan energi yang melimpah.
Washington juga memperingatkan mengenai potensi meningkatnya kembali ketegangan.
Menteri pertahanan ASEAN saling bertukar pandangan dengan jujur dan terbuka mengenai keamanan regional dan internasional", demikian disebutkan dalam pernyataan pada Selasa, setelah pertemuan berlangsung.
Menteri Pertahanan Myanmar Wai Lwin mengatakan pertemuan antara Vietnam, Tiongkok, dan Filipina "sangat konstruktif".
"Pihak berwenang Vietnam memahami bahwa situasi ini bisa mempengaruhi perekonomian mereka," tambahnya, dengan mengatakan bahwa Thanh bersikeras "mereka bisa mengendalikan situasi".
Karena kekhawatiran atas investasi asing yang penting, pihak berwenang Vietnam mengerahkan ratusan petugas keamanan di jalanan yang mengarah ke Kedubes Tiongkok di Hanoi pada Minggu, membatasi akses warga ke tetangga mereka serta beberapa lokasi protes.
Pemerintahan komunis otoriter biasanya membatasi ekspresi ketidakpuasan publik.
Namun aksi kekerasan serta luasnya kerusuhan yang menyebabkan 140 orang terluka dan menyebar ke puluhan provinsi lain itu nampaknya memberikan kejutan bagi negara itu.
Puluhan kapal Tiongkok dan Vietnam terlibat dalam saling serang di dekat lokasi kilang, termasuk laporan terjadinya bentrokan serta penggunaan meriam air. (AFP)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...