Walau Dilarang, Jumlah Wanita Yahudi Masuk Tentara Cetak Rekor
TEL AVIV, SATUHARAPAN.COM - Tahun 2014 merupakan tahun rekor baru dalam hal jumlah perempuan lulusan sekolah agama Yahudi Ortodoks yang memilih memasuki Angkatan Bersenjata Israel, di tengah adanya seruan dari rabi komunitas Ortodoks Nasional agar perempuan lebih baik bergabung sebagai pegawai negeri sipil (PNS) ketimbang jadi tentara.
Haaretz.com melaporkan, jumlah perempuan lulusan sekolah keagamaan Yahudi Ortodoks yang memasuki Angkatan Bersenjata Israel (Israel Defence Force/IDF) meningkat 13 persen dibanding tahun 2013. Menurut angka yang disediakan Direktorat Tenaga Kerja Israel, kenaikan jumlah perempuan berlatar belakang sekolah keagamaan tampak pada semua level ketentaraan. Jumlah opsir perempuan Ortodoks naik 30 persen pada rentang waktu 2013-2015, sedangkan jumlah opsir perempuan Yahudi Ortodoks di unit-tempur naik 71 persen.
Pada bulan Oktober, Kapten Tamar Ariel, seorang navigator Angkatan Udara Israel, tewas dalam longsoran salju di Nepal. Ariel, yang aktif dalam seminar yang diselenggarakan oleh Aluma (sebuah organisasi yang aktif mempromosikan perempuan berlatar belakang sekolah keagamaan masuk ketentaraan), menjadi objek kekaguman bagi perempuan Yahudi Ortodoks yang menjadi tentara.
Sampai beberapa tahun yang lalu, dinas militer dianggap sebagai pilihan yang sah bagi perempuan muda berlatar belakang sekolah agama, terutama dari dari wilayah-wilayah kibbutz (tempat-tempat pemukiman kolektif di Israel dengan sistem kepemilikan bersama dan dengan struktur-struktur dasar demokratis) dan di beberapa sekolah tinggi perkotaan. Dewasa ini, meskipun sebagian besar lembaga Yahudi Ortodoks secara resmi menolak karier ini, tren bergabung dengan tentara telah menjadi arus utama.
Pada tahun 2013 perempuan Yahudi Ortodoks yang direkrut menjadi tentara berasal dari 213 sekolah tinggi dan Ulpanas (perguruan tinggi agama untuk wanita usia SMA). Pada tahun 2014, angka itu naik menjadi 289 lembaga - meningkat 36 persen dalam satu tahun.
Menurut IDF, ada 3.810 petugas dan tentara perempuan Yahudi Ortodoks di Israel yang merupakan lulusan sekolah keagamaan negeri. Tidak ada angka yang tersedia tentang bagaimana perempuan-perempuan tersebut mendefinisikan diri mereka secara keagamaan selama masa bakti mereka.
Rabi yang menentang perempuan Yahudi Ortodoks masuk tentara diantaranya dan terutama adalah Rabi Shmuel Eliyahu dari Safed - yang mengatakan bahwa perempuan yang melayani di ketentaraan menjadi kurang relijius. Namun, tahun lalu Aluma menyajikan angka berdasarkani survei yang melemahkan klaim ini.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...