Walikota Mariupol, Ukraina: 50 Warga Dibakar Hidup-hidup
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Walikota Mariupol, Ukraina, mengatakan pada hari Rabu (6/4) bahwa 50 warga sipil kota itu dibakar hidup-hidup selama serangan invasi Rusia di kota itu, dan 5.000 orangtewas selama bulan lalu.
Sebuah pusat bantuan kemanusiaan di Vuhledar, di wilayah Donetsk, ditembaki pada hari Rabu (6/4). Jumlah kematian mencapai empat orang, menurut Pavlo Kyrylenko, Kepala Administrasi Negara Daerah Donetsk.
Selain itu, rekaman video dan foto juga menunjukkan kekejaman oleh tentara Rusia di pinggiran kota Kiev. Rekaman kekejaman dirilis pada 4 April, kali ini dari Motyzhyn, sekitar 50 kilometer barat Kiev. Motyzhyn juga diduduki oleh pasukan Rusia yang kini telah mundur.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan pada hari Rabu (6/4) bahwa melihat tubuh yang terikat dan ditembak dari jarak dekat di jalan-jalan Ukraina di Bucha itu "terlihat tidak jauh dari genosida,"
Kematian di Bucha, di luar Kiev, telah memicu kecaman global dan seruan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia dari Barat.
Pejabat Ukraina mengatakan antara 150 dan 300 mayat mungkin berada di kuburan massal di sebuah gereja di Bucha, di utara ibu kota Kiev, di mana gambar satelit yang diambil beberapa pekan lalu menunjukkan mayat warga sipil di jalan, kata sebuah perusahaan swasta AS.
“Ketika Anda melihat apa yang terjadi di Bucha, pengungkapan yang kita lihat dari apa yang telah dilakukan (Presiden Rusia, Vladimir) Putin di Ukraina, yang bagi saya tidak jauh berbeda dengan genosida. Tidak mengherankan jika orang-orang meresponsnya dengan cara yang berbeda, cara mereka," kata Johnson kepada wartawan.
"Dan saya tidak ragu bahwa komunitas internasional, Inggris berada di barisan depan, akan bergerak lagi untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi dan lebih banyak hukuman pada rezim Vladimir Putin."
Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid, mengatakan sebelumnya pada hari Rabu bahwa dunia harus bertindak untuk menghentikan pembunuhan massal di Ukraina, membandingkan laporan pembunuhan sipil oleh pasukan Rusia dengan genosida 1995 di Bosnia.
Bahkan Paus Fransiskus pada hari Rabu mengutuk "pembantaian di Bucha" dan mencium bendera Ukraina yang dikirim dari kota di mana mayat-mayat terikat ditembak dari jarak dekat berserakan di jalan-jalan setelah pasukan Rusia mundur, dan mayat-mayat dikeluarkan dari kuburan massal di sebuah gereja.
Laporan dan gambar yang menunjukkan kematian warga sipil di kota Bucha, Ukraina, "sangat mengganggu," kata duta besar China untuk PBB pada hari Selasa (5/4), tetapi menambahkan bahwa keadaan harus diverifikasi dan tuduhan apa pun harus didasarkan pada fakta.
India pada hari Selasa juga mengutuk pembunuhan warga sipil di Bucha Ukraina dan menyerukan penyelidikan independen, setelah sebelumnya menolak untuk secara eksplisit mengkritik invasi ke Ukraina oleh mitra lamanya, Rusia.
"Laporan terbaru tentang pembunuhan warga sipil di Bucha sangat mengganggu," kata TS Tirumurti, perwakilan tetap India untuk PBB, mengatakan pada pertemuan Dewan Keamanan.
Serangan Berlanjut di Luhansk
Sepuluh gedung tinggi terbakar di kota Sievierodonetsk, Ukraina timur, setelah pasukan Rusia menembaki kota itu pada hari Rabu, kata gubernur wilayah Luhansk timur dalam sebuah posting online.
Dia mengatakan bahwa belum ada informasi tentang korban jiwa. Sievierodonetsk adalah markas sementara otoritas regional karena kota Luhansk telah dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia sejak 2014.
Selain itu, sekitar 89 warga sipil tewas dan 398 terluka di Kiev sejak dimulainya invasi Rusia, Dewan Kota Kiev mengumumkan pada hari Rabu.
“Sudah menjadi lebih aman di Kiev, tetapi ancaman serangan udara tetap ada. Otoritas kota meminta mereka yang telah meninggalkan ibu kota untuk menahan diri untuk tidak kembali, untuk saat ini, ”kata dewan. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...