Wall Street Terpengaruh Krisis Ukraina
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Wall Street berakhir lebih rendah pada Jumat (Sabtu, 22/3, pagi WIB) setelah menguat dengan S&P 500 mencapai rekor harian baru, namun mundur kembali menjelang akhir pekan di tengah aksi ambil untung dan kehati-hatian atas krisis Ukraina.
Indeks Dow Jones Industrial Average berakhir turun 28,28 poin (0,17 persen) menjadi 16.302,77.
Indeks berbasis luas S&P 500 turun 5,49 poin (0,29 persen) menjadi ditutup pada 1.866,52, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq turun 42,50 poin (0,98 persen) menjadi 4.276,79.
Sebelumnya, S&P 500 terangkat ke rekor baru di 1.883,97, tetapi tidak bisa mempertahankan keuntungannya. Aksi jual terutama melanda saham teknologi, dan bank-bank yang telah menguat pada awal perdagangan juga mundur kembali.
Setelah seminggu bergelombang ditandai dengan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Barat atas Ukraina, dan Federal Reserve menggerakkan pasar dengan sinyal membingungkan tentang tingkat suku bunga, “tidak mengherankan bahwa kita memiliki beberapa aksi ambil untung,” kata Mace Blicksilver dari Marblehead Asset Management.
Dia mengatakan tanggal jatuh tempo “option” (opsi) juga mendistorsi pasar, menambahkan beberapa volatilitas.
Aksi ambil untung bisa dilihat pada penjualan saham-saham teknologi terkemuka: Oracle turun 2,3 persen, Amazon turun 2,3 persen, Tesla turun 2,6 persen dan Netflix turun 4,3 persen.
Saham-saham bioteknologi juga terpukul dengan Gilead Sciences turun 4,8 persen dan Biogen Idect turun 8,2 persen.
Apple naik 0,8 persen dan Facebook naik 0,4 persen berdiri di antara segelintir pencetak keuntungan di antara perusahaan terbesar Nasdaq.
Pada Dow, Johnson & Johnson memimpin kenaikan, bertambah 1,9 persen, diikuti oleh Caterpillar yang naik 1,2 persen.
Nike jatuh 5,1 persen setelah memperingatkan bahwa penjualan pakaian olahraga populernya di pasar negara berkembang utama bisa melemah.
Perusahaan keamanan TI Symantec anjlok 12,9 persen setelah perusahaan memecat kepala eksekutif Steve Bennett, yang membawa penurunan untuk penjualan yang merosot dan harga saham yang telah jatuh 24 persen selama 12 bulan terakhir.
Harga obligasi naik. Imbal hasil pada obligasi 10-tahun AS turun menjadi 2,74 persen dari 2,78 persen pada Kamis, sementara pada obligasi 30-tahun turun menjadi 3,61 persen dari 3,66 persen. Harga dan imbal hasil obligasi bergerak terbalik. (AFP)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...