Waluh, Pangan Alternatif Menyehatkan
SATUHARAPAN.COM – Siapa tak kenal kolak waluh atau labu kuning? Campuran buah waluh, santan, gula merah, serta pandan itu gurih dan lezat, cocok untuk hidangan sore hari. Labu kuning juga jadi campuran wajib di hidangan bubur manado yang lezat dan meyehatkan. Kalaupun tak kenal, tersurat dari namanya, labu ini mudah dicirikan karena warnanya yang kuning atau oranye.
Bukan sekadar diolah menjadi kolak atau dikukus, kini waluh telah dapat dijadikan pangan alternatif, untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat dan serat. Jika dipotong, buah ini mempunyai penampang yang mirip bintang, berbiji besar berwarna cokelat atau putih.
Waluh bisa diolah menjadi tepung, merupakan alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit), dibentuk, diperkaya zat gizi, dan Iebih cepat dimasak. Dari segi proses, pembuatan tepung hanya membutuhkan air relatif sedikit, dan ramah Iingkungan dibandingkan dengan pembuatan pati. Tepung labu kuning baik digunakan untuk bahan fortifikasi pangan terutama makanan anak-anak, karena dapat meningkatkan nilai gizi.
Waluh, dikutip dari kalteng.litbang.pertanian.go.id, kaya betakaroten, dan dapat menjadi bahan biofortifikasi pada produk pangan olahan. Fortifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan waluh segar yang ditambahkan pada pembuatan roti, es krim, dan produk pangan lain yang disukai anak-anak.
Di negara-negara Barat, waluh identik dengan perayaan Halloween. Dalam bahasa Inggris, waluh dikenal dengan nama pumpkin.
Buah waluh dikenal bukan hanya sebagai buah yang lezat ketika dikonsumsi, namun juga banyak manfaatnya bagi kesehatan. Menurut ahli gizi Cassandra Barns, dikutip dari watfordobserver.co.uk, daging waluh, biji waluh, dan minyak biji waluh, sangat bermanfaat bagi kesehatan, dapat membantu menurunkan berat badan. Walaupun manis dan lezat, waluh rendah kalori dan karbohidrat. Selain itu buah waluh memiliki karotenoid tinggi, dapat membantu mencegah kerusakan radikal bebas pada sel, yang dapat menyebabkan penuaan, karena berfungsi sebagai antioksidan. Dengan mengkonsumsi waluh, Anda juga akan mendapatkan manfaat sehat dari asupan vitamin A dan C.
Pemerian Botani Waluh
Waluh, dikutip dari uns.ac.id, merupakan tanaman merambat dengan batang berbentuk segi lima, sangat panjang, berambut (pilosus) yang kaku dan agak tajam. Panjang batang dapat mencapai 5-10 meter atau bahkan lebih. Batang bersifat basah (herbaceous) penuh dengan bintik kelenjar.
Daunnya cukup besar, berbentuk menyirip, ujungnya agak meruncing, tulang daun tampak jelas, berbulu halus dan agak lembek, sehingga jika terkena sinar matahari agak layu. Daun waluh berukuran lebar dan berwarna hijau keabu-abuan.
Bunganya berbentuk lonceng, berwarna kuning cerah dan bersifat uniseksual- monoceus, yakni bunga berkelamin tunggal dan berumah satu. Dalam satu rumpun bunga terdapat bunga jantan dan bunga betina pada satu individu atau batang tanaman.
Buah waluh berbuah sejati tunggal yang berdaging, dan berat rata-rata buahnya antara 3-5 kg bahkan bisa mencapai 15 kg. Dinding buahnya dapat dibedakan dengan jelas dalam 3 lapisan, yaitu kulit luar (exocarpium) yang sangat kuat dan keras berwarna kuning, kulit tengah (mesocarpium) yang tebal berdaging dan berair serta dapat dimakan sehingga dinamakan daging buah (sarcocarpium), dan kulit dalam (endocarpium) yang berbatasan dengan ruang yang berisi biji (semen). Buah waluh yang tua berwarna kuning sedangkan yang masih muda berwarna hijau.
Tanaman waluh menurut Wikipedia, mencakup beberapa spesies anggota genus Cucurbita, yaitu Cucurbita argyrosperma, Cucurbita maxima, Cucurbita moschata, dan Cucurbita pepo.
Waluh dibedakan dari labu lainnya karena buahnya dimakan yang telah masak (biasanya berwarna jingga), berukuran relatif besar, berbentuk bulat sampai bulat telur dengan lekukan daun buah yang tampak jelas, dan berkulit keras. Tumbuhan ini berasal dari benua Amerika, tetapi sekarang menyebar di banyak tempat yang memiliki iklim hangat.
Di negara Inggris, waluh disebut juga dengan pumpkin atau butternut. Di Jawa Tengah, labu kuning dikenal dengan nama waluh, di Jawa Barat disebut dengan labu parang, labu merah, labu manis, sedangkan orang Melayu menamakannya labu mentah.
Tanaman waluh ini telah banyak dibudidayakan di negara-negara tropis seperti Indonesia, Afrika, India, dan Tiongkok, selain Amerika. Menurut E Widayati, dan W Damayanti, dalam bukunya Aneka Pengolahan dari Labu Kuning, penerbit Trubus Agrisarana, Jakarta, 2007, tanaman waluh sudah dikenal dan dibudidayakan sejak bertahun-tahun sebelum Masehi, bahkan bangsa Indian memanfaatkannya sebagai makanan utama.
Menurut Departemen Pertanian RI, 2012, produksi waluh di Indonesia dari 2007-2011 mempunyai tren meningkat. Produksi waluh tahun 2011 meningkat sebesar 24,2 persen dari tahun sebelumnya yakni mencapai 428.197 ton. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi sentral pertama penghasil labu di Indonesia.
Produksi waluh di Jawa Barat jumlahnya 10 kali lebih besar dari jumlah produksi labu di provinsi lain. Sedangkan Jawa Tengah merupakan penghasil waluh terbanyak kedua dengan tren produksi yang meningkat tiap tahunnya. Kabupaten Wonosobo memiliki produksi waluh tertinggi pada tahun 2009.
Salah satu jenis dari Cucurbitaceae yang memiliki prospek agribisnis tinggi saat ini, dikutip dari papua.litbang.pertanian.go.id, adalah waluh madu atau butternut pumpkin. Labu-labuan dari golongan tanaman semusim tanaman hortikultura ini memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk kesehatan, bercita rasa manis dengan tekstur daging yang lembut dan pulen, juga mengandung serat, tinggi kadar vitamin A, kalsium, asam folat, dan antioksidan. Butternut pumpkin merupakan keluarga labu-labuan dengan bentuk unik seperti kacang, sehingga buah labu ini cukup populer di Indonesia dengan penamaan labu madu butternut.
Khasiat Herbal Labu Kuning
Waluh, dikutip dari ccrc.farmasi.ugm.ac.id, mengandung karotenoid (betakaroten), vitamin A dan C, mineral, lemak, serta karbohidrat. Daunnya berfungsi sebagai sayur, dan bijinya bermanfaat untuk dijadikan kuaci.
Air buahnya berguna sebagai penawar racun binatang berbisa, sementara bijinya menjadi obat cacing pita. Daging buahnya pun mengandung antiokisidan sebagai penangkal kanker. Labu kuning juga dapat digunakan untuk penyembuhan radang, pengobatan ginjal, demam, dan diare.
Labu kuning dikutip dari kalteng.litbang.pertanian.go.id, selain kaya vitamin A dan C, mineral, serta karbohidrat, daging buahnya pun mengandung antioksidan yang bermanfaat sebagai antikanker. Waluh dikenal kaya akan karotenoid yang berfungsi sebagai antioksidan.
Tim peneliti dari Program Pendidikan Sarjana Kedokteran bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, meneliti waluh sebagai salah satu obat tradisional yang mempunyai efek antidiabetik, yang juga mengandung flavonoid, beta-karoten, vitamin C, dan vitamin E.
Melalui penelitian itu mereka ingin mengetahui efek dan rentang dosis efektif ekstrak air waluh terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa pada tikus model diabetik. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak air waluh dapat menurunkan kadar glukosa darah. Penurunan kadar glukosa darah karena labu kuning mengandung flavonoid, beta-karoten, vitamin C, dan vitamin E.
Sedangkan tim peneliti dari Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, meneliti pemanfaatan minyak biji waluh yang memiliki beberapa senyawa yang sangat berpotensi sebagai antiaging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak biji labu mengandung senyawa seperti, asam linoleat, protein, Zn, dan anti- oksidan (karotenoid, tokoferol). Senyawa-senyawa itu berperan dalam memproteksi kulit dari proses penuaan (aging) dengan mekanisme yang berbeda.
Kandungan senyawa minyak biji waluh ini dapat memperlambat proses penuaan dan dapat melindungi sel dari oksidasi radikal bebas. Selain itu dapat menjaga kelembapan kulit serta menyediakan energi bagi yang mendukung proses regenerasi jaringan ikat sel dengan merangsang produksi kolagen dan elastin.
Tim peneliti dari Bagian Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, meneliti efek perasan daging buah waluh terhadap kadar kolesterol total darah tikus wistar (Rattus norvegicus). Subjek penelitian berupa tikus wistar jantan. Hasil penelitian menunjukkan perasan daging buah waluh berefek menurunkan kadar kolesterol total pada tikus wistar.
Editor : Sotyati
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...