Wapres: Peringatan Isra Miraj Jangan hanya Bersifat Seremonial
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengingatkan bahwa Isra Miraj yang diperingati setiap tahun di istana negara tidak sebatas menjadi seremonial upacara.
Lebih dari itu, kata Wapres, peringatan ini harus menjadi momentum untuk mendorong spirit persatuan, keagamaan, dan ibadah yang mempersatukan umat Islam dan masyarakat Indonesia.
Menurutnya, sebagai perintah Allah yang disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad tanpa melalui prantara, salat merupakan perintah yang sangat penting. Selain pesan ibadah, perintah salat membawa pesan sosial tentang pentingnya menjaga persatuan.
“Persatuan juga merupakan bagian dari ibadah itu sendiri,” kata Wapres pada peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW tingkat Kenegaraan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/5) malam.
Hadir pada peringatan ini, Duta Besar Negara Sahabat, Wakil Ketua MPR Hidyat Nur Wahid, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah, Ketua DPD RI Irman Gusman, serta Menteri Kabinet Kerja dan pimpinan lembaga negara.
Menurut Wapres, Indonesia adalah sedikit negara yang selalu menjaga harmoni kehidupan bernegara dan kehidupan beragama. Di Indonesia, ada 15 hari libur, dengan 3 hari libur nasional, yaitu: 1 Januari, 1 Mei, dan 17 Agustus. Sementara 12 lainya adalah hari keagamaan, antara lain: 6 hari keagamaan Islam, 3 Kristen dan Katolik, 1 masing-masing Buddha, Hindu, dan Khonghucu.
“Begitu kita menjaga, walaupun penduduknya 1 persen ada juga hari libur nasionalnya,” kata dia seperti dikutip dari kemenag.go.id.
Dikatakan Wapres Jusuf Kalla, hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah diperingati sebagai momentum besar dalam sejarah umat Islam.
Selain itu Wapres mengaku sedih melihat fenomena sekarang, bagaimana umat Islam hijrah dari Suriah dan Irak ke Eropa karena faktor keamanan.
“Setiap malam bom meledak di mana-mana di negara berpenduduk islam, kemudian terjadi radikalisme dan terorisme. Hal tersebut banyak terjadi di negara-negara yang gagal,” kata dia.
“Kita bersyukur di Indonesia tidak terjadi semua itu, karena kita menjaga dari semua itu. Harmoni antar agama dan intra agama, itulah yang menjadi pelajaran di dunia ini,” dia menambahkan.
Dalam Islam, kata Wapres, umat dimungkinkan berbeda dalam pelaksanaan ibadah karena masalah khilafiahnya. Apalagi, manusia juga berbeda budaya, bahasa dan warna kulit.
“Perbedaan itu bukan menjadi sumber konflik di antara kita. Kita harus terus menjaga persatuan dan kesatuan di negeri ini, karena itu adalah modal kita,” kata dia.
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...