Warga Korban Longsor Ponorogo Direlokasi, 26 Orang Hilang
PONOROGO, SATUHARAPAN.COM - Kepala BNPB, Willem Rampangilei bersama Bupati Ponorogo, Ipong Muchlisoni melakukan peninjauan lapangan pascabencana tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, hari Minggu (2/3).
Menurut Rektor UGM, Dwikorita, yang ikut bersama Kepala BNPB, mengatakan struktur geologi di sekitar tempat kejadian berupa patahan. Panjangnya longsor yang terjadi dari mahkota longsor ke daerah hilir, mencapai 1,5 kilometer.
"Perbedaan morfologi menyebabkan aliran longsor berbelok sehingga cukup jauh dampak dari longsor,” kata Dwikorita seperti disampaikan dalam siaran pers BNPB, hari Senin (3/4).
Sementara itu, Kepala BNPB mengatakan, tim dari BNPB, PVMBG, UGM, PUPERA dan LHK telah melakukan kajian secara cepat untuk melakukan pemulihan secara keseluruhan. Salah satunya juga merelokasi penduduk terdampak.
"Bersama pemerintah daerah setempat, kami telah meminta untuk menyediakan segera tempat relokasi penduduk. Bupati telah menyetujui usulan masyarakat untuk membangun di lokasi ladang mereka. Namun akan kami kaji lebih dahulu daerah tersebut aman atau tidak dari potensi bencana" kata Willem.
Masa tanggap darurat berlaku dari 2 April 2017 sampai dengan 15 April 2017, pencarian dan penanganan pengungsi masih terus dilanjutkan.
Kepala BNPB memuji upaya pemerintah daerah yang telah cakap menangani bencana longsor tersebut. Penanganan pengungsi sudah ditangani dengan baik oleh Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan.
Dia mengatakan, operasi pencarian korban juga sudah dikelompokkan dan terus dilakukan. "Ada tujuh alat berat dan dibagi tiga sektor. Sektor A kedalaman 17-20 meter yang ditangani oleh Basarnas. Sektor B oleh TNI dan Sektor C oleh Polri. Pencarian korban akan terus dilakukan,” kata Willem.
Pada kesempatan tersebut, BNPB juga memberikan Dana Siap Pakai sebesar Rp 500 juta untuk penanganan darurat bencana tanah longsor di Kabupaten Ponorogo. Dana tersebut digunakan untuk operasional dalam penanganan darurat.
Bencana tanah longsor tersebut akan menjadi bencana yang ditangani oleh Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Ponorogo. BNPB terus melakukan pendampingan kepada BPBD, baik pendanaan, logistik, manajemen dan tertib administrasi selama masa tanggap darurat bencana longsor di Ponorogo.
BNPB mencatat hingga hari Senin (3/4) pagi, sebanyak dua korban meninggal telah ditemukan, sedangkan 26 korban masih hilang. Sebanyak 300 jiwa mengungsi di rumah kepala desa dan menumpang sanak saudara terdekat yang aman dari longsor.
“Kondisi pengungsi memerlukan bantuan, khususnya kebutuhan dasar seperti permakanan, pakaian, selimut, air bersih, sanitasi, trauma healing dan lainnya. Kondisi hujan masih sering turun di lokasi longsor sehingga mengganggu aktivitas pencarian korban,” katanya.
Editor : Melki Pangaribuan
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...