Warga Kristen Irak Minta Bantuan AS
SATUHARAPAN.COM – Juru Bicara Nasional Kasdim-Irak, Mark Arabo, telah melakukan usaha diplomasi ke Amerika Serikat (AS) untuk bertemu dengan Presiden Barack Obama dan Wakil Presiden Joe Biden agar membantu warga Kristen Irak keluar dari wilayah perang tersebut supaya terhindar dari serangan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Namun sayangnya, usaha itu sia-sia.
Seperti dilansir dari ABC 10 News Senin (25/5), ribuan umat Kristen di Irak ingin melarikan diri dari negaranya karena menjadi sasaran kelompok militan ISIS di Baghdad.
Arabo telah menyusun 70.000 nama orang Kristen Irak dan sponsor Amerika beserta rencana untuk membawa mereka keluar bersama tim, satu per satu. Sebanyak 40.000 yang terdaftar adalah anak-anak.
"Kami meminta kepada semua umat agar membawa orang-orang Kristen di Irak dalam doa-doa mereka, karena melalui doa, kami mendapat kekuatan atas krisis ini,” kata Arabo.
Ia melanjutkan, politisi saat ini terlihat apatis. Mereka tidak peduli terhadap orang-orang Kristen yang tak bersalah dan meninggal dalam serangan genosida tersebut. “Ini memilukan,” ujarnya.
"Kenapa tidak ada yang bisa membantu orang-orang Kristen? Itu menyedihkan. Negara-negara di sepanjang teluk membantu orang-orang Islam dengan tangan, dengan segala sesuatu, tetapi tidak ada yang membantu orang-orang Kristen," Mansour menambahkan.
Arabo mengatakan, ia harus menghapus sekitar 5.000 orang dari total 70.000 nama karena mereka telah meninggal. Ia juga mengungkapkan, jumlah nama dalam daftar terus menyusut.
Ia pun mengaku bahwa data tersebut telah diinformasikan ke Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS.
Warga Irak di AS khawatirkan keluarga
Banyak warga Irak-Amerika frustrasi memikirkan keluarga di sana dan berdoa agar Gedung Putih segera mengambil tindakan sebelum ISIS membunuh mereka.
Setelah kelompok terorisme tersebut mengambil kendali Ramadi dan Baghdad, warga Kristen berharap agar segera mendapatkan visa dan meninggalkan Irak sebelum mereka dibunuh. Departemen Luar Negeri Irak mengumumkan mereka tidak akan mendapatkan perlakuan khusus.
"Anda orang Kristen, itu saja, Anda tidak berarti. Setiap kali telepon berdering, pukul 2 atau pukul 3 pagi saya langsung melompat, takut kabar buruk datang," kata Emjed Mansour, warga Michigan, AS, yang lahir di Baghdad.
"Mereka, orang Kristen, terancam kehilangan segalanya, kehidupan mereka, keluarga mereka dan mereka tidak bisa melawan. Mereka tidak memiliki senjata, tidak memiliki apa-apa," ujar Mansour.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...