Warga Kristen Mosul Kembali Rayakan Malam Natal
MOSUL, SATUHARAPAN.COM - Umat Kristen Irak kembali mengikuti ibadah Malam Natal pada hari Sabtu (24/12) di sebuah gereja di dekat kota Mosul, pertama kalinya setelah wilayah itu pada tahun 2014 dikuasai kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah), dan direbut kembali oleh pasukan Irak.
Kelompok ISIS menghancurkan salib di gereja Mar Shimoni di kota Bartalla dan membakarnya. Para relawan bekerja beberapa hari untuk siap ibadah yang pertama diadakan dalam lebih dari dua setengah tahun.
"Kami ingin menyampaikan pesan bahwa kita tinggal di negara ini dan bahwa ini adalah akar dan asal-usul kami," kata Yaqub Saadi, imam gereja itu, dikutip AFP.
Kelompok ISIS menguasai Bartalla dan wilayah lain di barat Baghdad pada musim panas 2014. Mereka menghadapkan umat Kristen dengan pilihan yang suram untuk konversi menjadi Muslim, membayar pajak, melarikan diri atau dibunuh.
Kota itu direbut kembali sebagai bagian dari operasi militer besar-besaran untuk merebut kembali kota Mosul di Provinsi Ninine, basis terakhir ISIS di Irak.
Umat Kristen datang dengan bus dari Irbil, ibu kota Kurdi Irak ke Bartalla untuk merayakan malam Natal yang diselenggarakan dengan penjagaan pasukan keamanan di sekitar gereja. Kota itu masih diwarnai oleh banyaknya bangunan yang hancur dan grafiti oleh kelompok ISIS.
Bagi orang Kristen dari Bartalla, ibadah kali ini merupakan pengalaman yang sangat emosional. "Saya tidak pernah bisa menggambarkan ... kebahagiaan kami dan semua. Kami merasa seperti hidup kembali," kata Yaqub.
"Kami merasa bahwa salib kami masih di leher kami. Tidak ada yang bisa mengambilnya dari kami," katanya.
Letnan Jenderal Abdulghani al-Assadi, seorang komandan senior pada pasukan elite kontra terorisme, menghadiri ibadah itu bersama Nawfal Hammadi, gubernur Nineveh, di mana Bartalla berada.
Sekelompok tentara Amerika juga datang, tapi menghadapi beberapa kesulitan ketika salah satu kendaraan lapis baja berat mereka terjebak jalan berlumpur di dekat gereja.
Bartalla dan daerah-daerah Kristen lain di sekitar Mosul telah direbut kembali dari ISIS, namun warga belum bisa pulang, karena banyak bom yang ditanam oleh militan ISIS menjadi ancaman dan pelayanan publik dasar masih perlu dipulihkan.
Yaqub mengatakan bahwa meskipun rumahnya di Bartalla hancur, dia masih berharap untuk kembali. "Insya Allah, saya akan kembali," katanya.
Sementara itu, Uskup Mussa Shemali dari Gereja Asyiria sebelum ibadah malam Natal di gereja Mar Shimoni mengungkapkan bahwa ibadah kali ini sebagai campuran antara kesedihan dan kebahagiaan.
‘’Kami sedih melihat apa yang dilakukan di tenpat-tempat suci kami oleh warga negara kami sendiri, tetapi pada saat yang sama kami senang untuk merayakan ibadah pertama dalam dua tahun,’’ katanya seperti dikutip Iraqi News.
Wilayah Niniwe merupakan komunitas Kristen paling kuno di Irak yang telah ada lebih dari 2000 tahun.
Sementara itu, seorang ibu berusia 52 tahun yang mengungsi ke Irbil, Sharook Tawfik, mengatakan, ‘’Ini hari terbaik dalam hidup saya. Kadang-kadang saya berpikir itu tidak akan pernah terjadi lagi.’’
Diperkirakan masih ada satu juta orang yang tinggal di wilayah kota yang masih dikuasai militan ISIS. Mereka dijadikan perisai manusia untuk menghadang serangan pasukan Irak, dan menjadi kesulitan untuk pembebasan penuh kota Mosul.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...