Warga Kurdi Mulai Referendum Kendati Mendapat Pertentangan
ERBIL, SATUHARAPAN.COM - Pemungutan suara referendum kemerdekaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG) di Irak utara dimulai pada hari Senin (25/9), mengabaikan ancaman dari negara tetangga dan kekhawatiran mengenai dampaknya pada ketidakstabilan dan kekerasan di Timur Tengah.
Tempat-tempat pemungutan suara membuka pintu mereka pukul 08.00 pagi waktu setempat dan harus menyelesaikan tugas pukul 18.00. Hasil akhirnya akan diumumkan dalam waktu 72 jam.
Pemungutan suara itu, yang diproyeksikan memberikan suara "ya" untuk kemerdekaan, tidak mengikat dan dimaksudkan untuk memberi Massoud Barzani mandat dalam merundingkan pemisahan daerah penghasil minyak itu dengan Baghdad dan negara-negara tetangganya.
"Kami sudah menunggu 100 tahun untuk hari ini," kata Rizgar, berdiri dalam antrean pria yang menunggu untuk memberikan suara di sebuah sekolah di Erbil, ibu kota KRG.
"Kami ingin memiliki sebuah negara, dengan pertolongan Tuhan. Hari ini adalah sebuah perayaan untuk semua orang Kurdi. Atas izin Tuhan, kita akan memilih "ya", untuk Kurdistan tercinta," tambah dia.
Pemungutan suara itu terbuka untuk semua warga yang terdaftar, suku Kurdi dan non-Kurdi, di daerah-daerah yang dikuasai Kurdi di Irak utara dengan syarat berusia 18 tahun ke atas, menurut komisi referendum.
Komisi memperkirakan jumlah pemilih yang memenuhi syarat jumlahnya sekitar 5,2 juta, termasuk mereka yang tinggal di luar negeri dan yang mengikuti pemungutan surat elektronik dua hari yang lalu.
Para pemilih harus mencentang "ya" atau "tidak" pada surat suara yang memberi mereka satu pertanyaan dalam bahasa Kurdi, Turki, Arab dan Assyria: "Anda ingin daerah Kurdistan dan daerah Kurdistan di luar Wilayah (Kurdistan) menjadi negara merdeka?"
Referendum tetap digelar meski dunia internasional gencar memberi tekanan pada Barzani untuk membatalkannya di tengah kekhawatiran bahwa tindakan tersebut akan memicu konflik baru dengan Baghdad dan negara tetangganya, Iran dan Turki.
Iran mengumumkan larangan penerbangan langsung ke dan dari Kurdistan pada Minggu, sementara Baghdad meminta pihak asing menghentikan perdagangan minyak langsung dengan Kurdistan dan meminta KRG menyerahkannya kendali bandara internasional dan pos perbatasan dengan Iran, Turki dan Suriah.
"Kami sudah melihat yang lebih buruk, kami telah merasakan ketidakadilan, kami telah menyaksikan pembunuhan dan blokade," kata Talat, menunggu untuk memberikan suara di Erbil.
"Atas izin Tuhan, kami akan menjadi seperti orang-orang lain di dunia. Kami akan memiliki kebebasan dan memiliki negara," tambah dia sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.
Turki mengancam akan melakukan aksi balasan namun tetap mempertahankan pipa ekspor minyak Kurdi yang melintasi wilayahnya yang terbuka.
Suku Kurdi Irak mengatakan bahwa pemungutan suara tersebut mengakui pentingnya kontribusi mereka dalam menghadapi kelompok ISIS setelah tentara Irak kewalahan menghadapi kelompok garis keras itu pada 2014 dan membuat ISIS menguasai sepertiga wilayah Irak.
Israel adalah satu-satunya negara yang secara terbuka mendukung kemerdekaan Kurdi.
Orang Kurdi adalah kelompok etnis yang khas yang tersebar di Irak, Suriah, Turki, dan Iran.
Pemungutan suara untuk referendum kemerdekaan terbuka selama 12 jam, hingga pukul delapan malam waktu setempat (00:00 WIB). (Antara News/BBC)
Editor : Melki Pangaribuan
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...