Warga Maxen Jerman Peringati Hari Kelahiran Raden Saleh
MAXEN, SATUHARAPAN.COM - Ratusan penduduk kota Maxen di Jerman memperingati hari kelahiran pelukis asal Indonesia, Raden Saleh, yang sempat berkarya di kota tersebut pada 1839 hingga 1849.
Menurut keterangan Kedutaan Besar RI di Berlin yang diterima di Jakarta, Senin (24/5), peringatan hari ulang tahun Raden Saleh yang ke-210 itu digelar di Rumah Biru (Blaues Häusel) di kota Maxen yang didirikan oleh bangsawan Jerman Friedrich Anton Serre.
“Hari ini adalah Hari Indonesia. Di depan Rumah Biru ini kita memperingati kelahiran seorang pelukis Jawa 210 tahun lalu, namanya Raden Saleh dan ia pernah menjadi bagian penting dari kota Maxen,” kata Jutta Tronicke, salah satu dari sejumlah warga Maxen yang aktif mempromosikan tokoh Raden Saleh di Jerman, bersama dengan KBRI Berlin.
Di depang bangunan tersebut, dia menjelaskan bahwa Raden Saleh datang ke kota tersebut pada 1839 dan berkawan baik dengan Friedrich Serre, yang kemudian membangun pavilyun itu pada 1848 sebagai tanda penghormatan bagi Raden Saleh.
Raden Saleh mengawali perjalanannya ke Maxen dengan mengunjungi kota Dusseldorf, kemudian Frankfurt dan Berlin untuk melanjutkan studi melukisnya dengan para pelukis Jerman, hingga akhirnya dia tiba di kota Dresden dan Maxen, di mana ia tinggal selama 10 tahun.
Masyarakat kota Maxen sendiri menerima kehadiran pelukis itu dengan terbuka, bahkan pada saat itu, dikatakan bahwa Raden Saleh disebut sebagai “Pangeran dari Jawa”.
“Dia adalah jembatan kultur antara Indonesia dan Jerman sehingga kedua bangsa bisa saling mengenal, mengisi, dan memperkaya,”ujar pengunjung dalam acara peringatan tersebut, Michael Simon dan Giselle Simon.
Menurut keduanya, Raden Saleh telah memperkenalkan Jawa kepada orang-orang Jerman melalui karya seni.
“Bayangkan seorang Jawa bisa hadir di Maxen ratusan tahun lalu dan menjadi bagian dari masyarakat Maxen dan dihormati karena karya lukisnya yang luar biasa,” tambah mereka di sela-sela acara peringatan yang diiringi pertunjukan angklung Sunda dan tarian tradisional Dayak itu.
KBRI Berlin pun memberikan empat pohon apel yang ditanam di sepanjang jalan setapak menuju Rumah Biru, yang berstatus cagar budaya dan dilindungi oleh Pemerintah Jerman, guna memperingati kelahiran Raden Saleh dan sebagai simbol penghormatan atas jasanya sebagai “Duta Budaya” Indonesia untuk Jerman pada abad ke-19.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...