Warga Mulai Putus Asa di Zona Ebola
LIBERIA, SATUHARAPAN.COM – Keputusasaan masyarakat di zona Ebola mulai timbul. Di Liberia, Moses Kallie yang telah kehilangan 13 keluarganya akibat terserang ebola mengembara menyusuri rumput-rumput tinggi setelah mengikuti ibadah di Gereja Kakata. Ia beranggapan bahwa desanya adalah pusat berkembangnya virus Ebola.
Menurut angka terbaru dari organisasi kesehatan dunia WHO, sekitar 1.578 orang telah meninggal akibat ebola di Liberia. Liberia telah mengalami peningkatan kasus ebola sebesar 52 persen dalam tiga minggu terakhir. Hal ini disebabkan oleh minimnya bantuan yang disalurkan di negara tersebut.
Hal yang Memprihatinkan
Di Monrovia, pintu rumah sakit dan klinik ditutup rapat, dikunci, dan digembok. Banyak petugas kesehatan di Afrika barat meninggal akibat tertular virus Ebola. Pada Senin (22/9), WHO mendesak negara-negara yang terkena dampak Ebola untuk memberikan bantuan bagi petugas kesehatan, seperti peralatan yang memadai, jaminan keselamatan, pendidikan, serta pelatihan pengendalian infeksi Ebola.
Pekan ini, sebuah klinik Ebola dibangun di Monrovia. Akan tetapi, pelayanan sangat tidak memadai. Banyak korban tergeletak di luar rumah sakit dan ambulans disesaki oleh pasien Ebola bahkan beberapa di antaranya tidak dipindahkan ke bangsal.
Pada akhirnya, keluarga dari pasien sendiri yang harus merawat korban-korban tersebut dengan peralatan seadanya dan tanpa peralatan keselamatan. Keluraga yang merawat pasien pun mulai terinfeksi Ebola. Akibatnya, banyak korban meninggal di wilayah tersebut. Tim yang bekerja mengurusi korban terpaksa harus bekerja 12 jam perhari selama enam hari seminggu.
Kiyee, penduduk setempat pada Jumat (19/9) lalu menyaksikan sebuah kasus yang menggetarkan hatinya.
“Aku mengambil kunci dan membuka pintu (rumah) lalu melihat anak usia 6 bulan menjilati kulit ibu. Ibu berbaring. Dia telah meninggal karena Ebola dan bayi itu mencari susu ibu. Segera saya menangis,” ungkapnya.
Sementara itu, WHO pada Senin (22/9) mengatakan bahwa jumlah korban tewas akibat wabah ini mencapai 2.803 di lima negara, yakni Sierra Leone, Liberia, Guine, Nigeria, dan Senegal.
Di sebuah gereja di Liberia, anggota jemaat diimbau untuk tidak saling memelik dan tidak meminum anggur saat komuni dari wadah yang sama. Jemaat pada umumnya dapat memahami hal tersebut. Mereka mengerti bagaimana proses penyebaran penyakit Ebola tersebut menjangkiti manusia.
“Kami semua takut. Ini adalah penyakit yang mengancam,” kata Anthony Kallah, guru di Liberia. (cnn.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...