Warga Ramadi: Daesh adalah Mimpi Buruk bagi Kami
IRAK, SATUHARAPAN.COM - Warga Kota Ramadi, Irak, yang lolos dari pertempuran baru-baru ini, menggambarkan kengerian hidup di bawah tekanan kelompok Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) atau masyarakat setempat biasa menyebutnya dengan Daesh. Mereka diselamatkan tentara Irak saat merebut kembali sebagian besar kota tersebut awal pekan ini.
Demi keselamatan, banyak keluarga berani melarikan diri dari Daesh.
Namun, orang-orang yang berhasil lolos kini telah ditahan oleh pasukan keamanan Irak untuk penyelidikan karena ada kecurigaan mendalam dengan yang orang-orang yang telah hidup di bawah kekuasaan Daesh.
Militer Irak melancarkan serangan baru pada hari Kamis (24/12) untuk merebut kembali kawasan Ramadi yang masih dikuasai oleh Daesh. Para pejabat militer Irak memperkirakan bahwa sekitar seperempat dari kota itu masih di tangan militan, dan para pejabat AS mengatakan sebanyak 400-700 pejuang Daesh masih bersembunyi di daerah Ramadi, termasuk di pusat kota.
"Sulit untuk menentukan jumlah musuh yang tersisa di pusat kota Ramadi pada saat ini, mengingat kedinamisan mereka sejak beberapa minggu terakhir," kata Kolonel Steve Warren, juru bicara militer AS di Baghdad, dalam sebuah email.
"ISIS tidak memiliki kemampuan untuk merebut kembali kota. Setiap rumah harus diperiksa," katanya.
“Ada artileri yang tidak meledak berserakan di jalan-jalan, fasilitas air serta listrik yang rusak parah, yang berarti akan memakan waktu lebih lama untuk keadaan benar-benar aman bagi warga (pengungsi) untuk kembali,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR).
Sabah Karhot, Kepala Dewan Provinsi Anbar, mengatakan sebanyak 80 persen dari Kota Ramadi telah hancur dalam pertempuran. Ramadi terus diperebutkan selama dua tahun terakhir, sejak Daesh menguasai bagian kota pada bulan Januari 2014.
Militer Irak merebut kembali sebagian besar kota pada hari Senin (28/12), termasuk perumahan pemerintah provinsi, yang didukung Perdana Menteri Irak, Haidar Al Abadi.
Aisha Mohammad, 31 tahun, menggambarkan bagaimana Daesh datang ke lingkungan mereka dengan menyamar sebagai tentara Irak dan memerintahkan keluarga untuk menemani mereka saat mereka mundur ke bagian lain kota.
"Mereka mengetuk pintu dan mengatakan kepada suami saya supaya kami mempersiapkan diri untuk pergi dengan mereka, mereka berkata kaum Syiah yang datang adalah untuk membunuh kami semua," katanya.
Mohammad dan keluarganya mendengar perintah dari para militan melalui pengeras suara, dan mendesak warga untuk melarikan diri. Mereka terpaksa mengikuti perintah.
"Kami menunggu sampai Daesh pergi, dan kami semua melarikan diri bersama-sama. Saya, suami saya, dan anak-anak saya berjalan bersama-sama dengan keluarga lainnya, total sebanyak 15 orang. Kami berlari selama 10 menit. Kami tidak takut Daesh akan menembak kami karena mereka tidak melihat kami," kenangnya.
"Aku hanya ingin ayah saya datang kembali kepada kami. Dia bukan anggota Daesh," kata Zaid, anak Muhammad. Dia mengatakan keluarganya membenci hidup di bawah tekanan teroris.
"Saya melihat mereka mencambuk orang di pasar. Itu membuat saya takut," kata Zaid, yang berhenti belajar setelah Daesh mengambil alih Ramadi bulan Mei lalu karena Daesh menutup semua sekolah.
"Mereka memotong kepala seseorang di depan banyak orang. Aku tidak melihatnya, tapi aku mendengar tentang hal itu,” tambahnya.
Souad Salih, 19 tahun, mengatakan dia dan suaminya rindu untuk pergi keluar kota, tapi Daesh tidak mengizinkan siapa pun untuk pergi dari kota.
"Mereka memperlakukan kami seperti tahanan. Ketika kami mendengar tentara Irak datang, kami sangat senang, tapi pada saat yang sama takut karena pasti akan terjadi perang. Kami berdoa agar Daesh akan lari dan meninggalkan kami, tapi mereka mencoba untuk membawa kita bersama mereka," katanya.
"Saya sangat senang sekarang. Meskipun saya tinggal di sebuah kamp, ââsetidaknya saya tidak lagi di antara orang-orang kejam. Saya berharap suami saya akan kembali pada saya," tambahnya.
Falih Al Issawi, Wakil Kepala Dewan Provinsi Anbar, mengatakan dia secara pribadi mengawasi penginterogasian orang-orang yang sebelumnya ditahan Daesh. Dia berkata bahwa bila ada tersangka akan segera ditahan.
Tidak semua keluarga di Ramadi berhasil melarikan diri. Daesh masih menawan lebih dari 200 keluarga. Satu kelompok mencoba melarikan diri pada hari Rabu (30/12), tapi Daesh melihat mereka dan melepaskan tembakan, menewaskan banyak dari mereka, kata Karhot.
Menurut Hamid Al Dulaimi, Wali Kota Ramadi, keluarga yang saat ini masih menjadi tawanan adalah hambatan utama untuk merebut kembali seluruh kota Ramadi. (gulfnews.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...