Waspada Ancaman Perubahan Iklim Global
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Perubahan iklim adalah fakta, bukan mitos. Dampak perubahan iklim dan kenaikan suhu global menyebabkan kerugian dimana-mana. Krisis energi pun turut menjadi salah satu isu krusial saat ini. Jika tidak segera ditanggulangi, hal ini akan mengancam kelangsungan hidup manusia dan lingkungannya.
Saat ini suhu bumi semakin panas. Ini karena selubung gas rumah kaca yang menutupi permukaan bumi semakin tebal. Selubung ini menyebabkan panas dari sinar matahari yang masuk ke permukaan bumi tidak dapat dipantulkan kembali dan terperangkap di permukaan bumi. Inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan kenaikan suhu secara global atau sering kita sebut pemanasan global.
Dampak perubahan iklim dan kenaikan suhu global tidak hanya mengancam manusia, tapi mengancam seluruh kehidupan dipermukaan bumi. Kebakaran hutan, angin puting beliung adalah dampak yang sering terjadi, selain itu juga terjadi naiknya permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub, banjir, kerusakan terumbu karang dan sejumlah biota laut, mencairnya es di kutub juga menyebabkan sejumlah spesies flora dan fauna langka kehilangan tempat tinggal.
Salah satu pemicu terbesar dari perubahan iklim dan kenaikan suhu global ini adalah bahan bakar fosil penghasil energi yang tidak ramah lingkungan seperti batubara dan minyak tanah. Namun pemanasan global dapat dicegah sekarang juga. Caranya dengan menanam lebih banyak pohon dan beralih ke sumber energi terbarukan yang rendah emisi dan ramah lingkungan.
Krisis energi memang menjadi isu krusial yang menyedot perhatian dunia, karena kelangsungan perekonomian sebuah negara sangat bergantung pada pasokan energi yang dimiliki. Menurut data yang dimiliki oleh The World Wildlife Fund (WWF) for Nature , kebutuhan energi tumbuh rata-rata lima persen per tahun. Data tahun 2011 menunjukan kebutuhan energi sebesar 835 juta SBM. Dari angka kebutuhan energi tersebut, 95 persen dipenuhi dari energi fosil seperti batubara, minyak dan gas bumi. Saat ini cadangan energi ini pun semakin habis, yang menyebabkan terjadinya kelangkaan energi di beberapa wilayah Indonesia.
Hal ini disadari oleh WWF, maka mereka bekerjasama dengan sejumlah pakar untuk dapat mencari sumber energi baru. Salah satu sumber energi baru yang memilki potensi sangat besar adalah Energi Panas Bumi atau Geothermal Energi. Energi ini didapatkan melalui pemanasan air tanah oleh magma yang ada didalam gunung berapi. Dari pemanasan ini didapatkan uap panas, uap inilah yang dapat digunakan sebagai sumber energi. Sisa pengolahan uap ini akan menghasilkan air kembali yang dapat dikembalikan ke dalam tanah, sehingga tidak ada air yang terbuang dalam proses ini.
Potensi panas bumi di Indonesia adalah yang terbesar didunia. 40 persen atau 29 GW potensi panas bumi ada di Indonesia. Namun potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal, data tahun 2012 mengatakan panas bumi yang digunakan baru sekitar 1,3 GW. Dari 267 area geothermal di Indonesia, 37 area dapat digunakan sebagai Wilayah Kerja Pertambangan (WKP), dengan potensi sekitar 7,4 GW.
Salah satu wilayah penghasil geothermal energi di Indonesia adalah Gunung Salak. Wilayah ini merupakan Wilayah Primer Hutan Hujan. Untuk melindungi wilayah tersebut, tahun 1994 ditandatangani Environmental Impact Assessment (EIA). Isi EIA adalah perjanjian untuk melindungi area hutan, perlindungan sementara dari gangguan hewan liar selama proses konstruksi, perbaikan kembali tanah yang tererosi selama proses konstruksi, ijin sementara atas perubahan kualitas aliran air. Berdasarkan perjanjian ini tahun 2003, Gunung Salak mengumumkan penambahan area dan mengubah nama menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). TNGHS memiliki luas 113,357 hektarare, yang menjadi salah satu area hutan hujan terluas di Pulau Jawa.
Dari produksi geothermal energi yang dihasilkan oleh suatu wilayah, tidak 100 persen digunakan untuk tujuan komersil. Sebagian energi yang dihasilkan disalurkan untuk masyarakat lokal. Dengan tersedianya energi murah ini maka dapat membantu perekonomian masyarakat lokal, sehingga pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat lokal dapat beriring sejalan. Hal positif lain yang didapat dengan pengembangan geothermal energi ini, maka pembangunan ekonomi rendah karbon dapat dipercepat, sehingga tercipta lingkungan bersih yang menjamin kesehatan masyarakat.
Pengembangan panas bumi atau geothermal energi sangat bergantung pada ketersediaan pohon. Hutan dibutuhkan sebagai penangkap air, yang merupakan komponen terpenting dalam proses ini. Karena itu pelestarian hutan disekitar gunung berapi mutlak diperlukan. Dengan terjaminnya pelestarian hutan, maka tersedia wadah bagi konservasi dan keanekaragaman hayati. Namun hal ini tidak akan terjadi tanpa adanya kerjasama dari masyarakat yang merupakan bagian dari pembangunan perusahaan. Bersama-sama dengan pemerintah, maka seluruh kebaikan yang dimiliki geothermal energi dapat diwujudkan.
Editor : Wiwin Wirwidya Hendra
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...