Waspada, Cadangan Devisa Tiongkok di Bawah Tingkat Aman
BEIJING, SATUHARAPAN.COM – Cadangan devisa Tiongkok yang selama ini dianggap kokoh, kini tak lagi sepenuhnya demikian.
Kyle Bass, Manajer Investasi yang selama ini dianggap berpengaruh dan berkali-kali membuktikan kebenaran ramalannya, mengatakan cadangan devisa Tiongkok saat ini sudah berada di bawah tingkat kritis.
Ia juga mengatakan sistem perbankan Tiongkok kini menyimpan bom waktu.
The Australian Financial Review melaporkan, dalam sebuah surat kepada para klien-kliennya tertanggal 10 Februari, Bass, pendiri Hayman Capital Management, memperkirakan cadangan devisa lancar (likuid) Tiongkok tersisa paling banter US$ 2,2 triliun, jauh di bawah US$ 3,32 triliun yang diumumkan oleh bank sentral Tiongkok Januari lalu.
Kyle Bass mengatakan cadangan devisa Tiongkok lebih rendah dari yang sering dipikirkan banyak orang.
"Posisi cadangan devisa lancar Tiongkok sudah di bawah tingkat kritis kecukupan minimum," kata Bass. Perusahaan yang dia dirikan juga telah mengambil posisi yang memperkirakan yuan akan jatuh.
"Dengan kata lain, Tiongkok saat ini di luar level kecukupan yang diperlukan untuk mengamankan operasi sistem keuangan," kata dia.
Bass, yang pada 2007 berhasil meramalkan kejatuhan surat utang AS, juga mengingatkan bahwa krisis kredit di Tiongkok akan memicu kerugian perbankan negara itu 400 persen lebih besar daripada yang dialami oleh bank-bank AS selama krisis subprime mortgage pada 2008.
"Mirip dengan sistem perbankan AS dalam pendekatannya terhadap krisis keuangan global, sistem perbankan Tiongkok telah semakin dikejar leverage yang berlebihan, arbitrase peraturan, dan pengambilan risiko yang tidak bertanggung jawab," tulis Bass.
"Kerugian sistem keuangan - yang bisa melebihi 400 persen dari kerugian perbankan AS yang terjadi selama krisis subprime - saat ini mulai berakselerasi," tambah dia.
Pasar keuangan dewasa ini berubah menjadi skeptis terhadap perekonomian Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir, dimana aliran dana asing yang keluar dari negara itu terus bertambah.
Setelah Tiongkok mendevaluasi mata uangnya pada bulan Agustus tahun lalu, perhatian para investor pada umumnya terpusat pada seberapa besar kapasitas Tiongkok dapat mendukung yuan.
Komposisi cadangan devisa Tiongkok dewasa ini juga jadi titik perdebatan di antara para yang optimistis dan pesimistis. Bass mengklaim cadangan Tiongkok tersimpan pada lembaga-lembaga pendukung, bank dan lembaga dana. Cadangan tersebut tidak segera dapat tersedia untuk membendung miliaran dolar dana investasi yang mengalir keluar dari Tiongkok.
"Pandangan bahwa Tiongkok memiliki cadangan devisa untuk dikucurkan salah informasi," tutur dia. Ia mengatakan sensitifnya pemerintah Tiongkok terghadap komentar atas cadangan devisa negara itu merupakan bukti rentannya perekonomian Tiongkok.
Dalam dekade terakhir, sistem perbankan Tiongkok telah membengkak dari tak sampai US$ 3 triliun menjadi US$ US 34 triliun, setara dengan sekitar 340 persen dari Pendapatan Domestik GDP Cina.
Sekadar sebagai perspektif, sistem perbankan AS menyimpan sekitar US$ 16,5 triliun aset sebelum krisis keuangan global, yang setara dengan 100 persen dari PDB.
"Jika pengalaman Fed AS berfungsi sebagai proxy untuk apa yang bisa terjadi di Tiongkok, kami percaya bahwa Tiongkok kemungkinan terpaksa harus mencetak yuan lebih dari US$ 10 triliun untuk rekapitalisasi sistem perbankan," kata Bass.
"Pelemahan renminbi (yuan) hanya gejala dari masalah perbankan yang lebih besar."
"Sistem Tiongkok bahkan lebih berbahaya ketika kita menyadari bahwa, bahkan pada bank terbesar, pinjaman tidak diberikan berdasarkan kemampuan membayar debitur. Sebaliknya, keputusan kredit adalah keputusan politik yang dibuat oleh negara," kata dia. (afr.com)
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...