WCC Akan Tampilkan Buku di Forum PBB
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Dewan Gereja Dunia (WCC) akan mempresentasikan buku yang berjudul “Dignity, Freedom, and Grace: Christian Perspectives on HIV, AIDS and Human Rights” (Kejayaan, Kebebasan, dan Berkat: Sebuah Perspektif Kristen tentang HIV, AIDS, dan Hak Asasi Manusia) di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, pada hari Selasa (20/9).
Seperti diberitakan situs resmi WCC, oikoumene.org, hari Jumat (16/9) buku yang diterbitkan awal tahun ini oleh Dewan Gereja Dunia tersebut akan menjadi salah topik bahasan yang diselenggarakan pada sidang membahas laporan terpilih yang akan diadakan di The Salvation Army Auditorium, New York, Amerika Serikat.
Dalam diskusi yang menjadi bagian lain dari Sidang Majelis Umum PBB tersebut akan menghadirkan tema “Keeping the Faith in Development: Gender, Religions and Heath” atau “Menjaga Iman dalam Pembangunan: Gender, Agama, dan Kesehatan”
Tema tersebut akan mengeksplorasi isu-isu yang dianggap tabu dalam komunitas agama, sehingga dalam pertemuan tersebut sama-sama mencari solusi menghadapi tantangan kesehatan seksual dan reproduksi dalam perspektif penuh keimanan sebagai salah satu cara untuk mengatasinya. Pada sisi lain peserta yang hadir diundang mendiskusikan sekaligus merekomendasikan tindakan konkret untuk membantu terciptanya “UN Sustainable Development Goals” atau “Pencapaian Sasaran Pembangunan Berkelanjutan PBB”.
Sementara itu sesi yang menampilkan publikasi WCC, “Dignity, Freedom, and Grace” menampilkan berbagai pertanyaan yang dihadapi oleh orang-orang yang bergelut dengan HIV dan mereka yang bekerja dengan mereka.
Buku “Dignity, Freedom, and Grace: Christian Perspectives on HIV, AIDS and Human Rights” menawarkan perspektif tentang arti hak asasi manusia, hubungan mereka dengan tradisi gereja, kebijaksanaan dalam artian yang kontekstual sebagai kunci penting mengatasi orang-orang yang berisiko terinfeksi HIV, dan praktik terbaik dan refleksi teologis dari gereja-gereja Kristen.
Selain "Dignity, Freedom, dan Grace," diskusi akan fokus pada "Agama, Kesehatan dan Hak-Hak Perempuan.
Selain itu ada juga presentasi makalah bersama dari UNFPA (United Nations Population Fund) dan NORAD (Norwegian Agency for Development Cooperation) yang berjudul “Promoting Good Health And Good Conscience: The Ethics Of Using Contraceptives” atau “Mempromosikan Kesehatan Dan Hati Nurani Yang Baik: Etika Menggunakan Kontrasepsi”. Dalam presentasi tersebut direncanakan akan mempertemukan sejumlah penerima beasiswa dari tokoh teolog Katolik, ahli etika dan dokter untuk memberikan penilaian kembali etika menggunakan kontrasepsi.
Penyelenggara mencatat bahwa isu-isu kesehatan dan kesetaraan gender adalah inti sesungguhnya dari Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dan dalam rangka mencapai tujuan itu memerlukan kerja sama komunitas agama dan keyakinan dalam menyikapi peluang dan tantangan yang ada.
Chief Executive Officer Islamic Relief USA, Anwar Khan yang akan berbicara pada acara tersebut, mencatat komunitas berbasis agama memainkan peran integral dalam kehidupan perempuan.
“Perwakilan dari agama ini memiliki banyak hal untuk ditawarkan dalam diskusi tentang kesehatan dan pembangunan yang berkaitan dengan komunitas tempat mereka terlibat,” kata Khan.
Sementra itu guru besar dan Direktur Studi Antaragama dan Pusat Dialog Antaragama Milstein di Jewish Theological Seminary, Rabbi Burton L. Visotzky, Ph.D. mengatakan umat Yahudi diajarkan Allah menciptakan manusia - laki-laki dan perempuan – dalam gambar dan rupa Allah.
“Jadi, manusia diperintahkan merawat kesehatan terutama kesehatan reproduksi, seperti kita memuji Sang Pencipta dan membawa kehidupan baru dalam gambar Allah ke dunia,” kata Visotzky.
Pemateri yang dijadwalkan akan memberi presentasi antara lain dari UNAIDS, Dana Kependudukan PBB (UNFPA), UNWomen (sebagai bagian dari PBB Inter-Agency Task Force on Agama dan Pembangunan), WCC-Ecumenical Advocacy Alliance (EAA), Institut Wijngaards untuk Katolik Penelitian, dan Islamic Relief USA.
Panel akan terdiri dari penulis, ulama, pemimpin agama dan perwakilan pembangunan internasional sekuler antara lain guru besar Seminari Teologi Yahudi, Rabbi Burton Visotzky; Presiden Nusantara Foundation, Imam Shamsi Ali; perwakilan UNFPA, Luis Mora; Sally Smith dari UNAIDS; Lopa Banerjee, dari UNWomen; Luca Badini Confalonieri dari Wijngaards Institute; Anwar Khan dari Islamic Relief USA, Gillian Paterson dari Heythrop College, London, Julie Clague dari University of Glasgow, dan Ulrich Nitschke dari Kemitraan Internasional untuk Agama dan Pembangunan Berkelanjutan, Safira Rameshfar dari Baha'i Komunitas Internasional dan Sadhvi Bhagawati Saraswati dari Wash Alliance.
Penjelasan Tentang Buku
Beberapa waktu sebelumnya, di situs resmi WCC terdapat penjelasan tentang buku “Dignity, Freedom, and Grace: Christian Perspectives on HIV, AIDS and Human Rights”.
Buku tersebut lahir karena ada kesamaan pencarian strategi dalam memerangi HIV, karena 40 tahun setelah munculnya HIV dan AIDS, banyak orang di seluruh dunia hidup dengan HIV masih bertahan dari stigma dan diskriminasi, bahkan terhadap penolakan perlindungan hukum dan bahkan perawatan medis.
Buku ini dikembangkan oleh Ecumenical Advocacy Alliance (EAA) dan mitra globalnya menarik langsung mencoba melihat orang yang hidup dengan, bekerja dengan, meneliti, atau pribadi terpengaruh oleh HIV atau AIDS. Karena dari buku tersebut lahir pengalaman dari banyak orang yang dapat dikatakan sebagai aktor garis depan di gereja-gereja dan lembaga. Dalam buku tersebut menawarkan diskusi yang sangat mendsar tentang arti hak asasi manusia, dalam hubungannya dengan tradisi gereja.
Buku tersebut diedit oleh Gillian Paterson dan Callie Long. Gillian adalah peneliti dan dosen di Heythrop College, University of London. Dia juga bekerja di “Catholic Network for Population and Development” (sebuah jaringan kerja Katolik yang mengadvokasi Kependudukan dan Pembangunan). Dia berpengalaman di bidang HIV dan AIDS sejak pertengahan 1990-an, dalam periode tersebut dia juga sering bekerja sama dengan Ecumenical Advocacy Alliance (Aliansi Ekumenis Advokasi) dan WCC.
Dia berpengalaman menulis berbagai buku dan artikel yang berkaitan dengan iman dan kesehatan, terutama dalam kaitannya dengan HIV.
Sementara itu Callie Long adalah praktisi media, wartawan, dan komunikator di sebuah organisasi yang memfokuskan pada konflik, kesehatan dan advokasi AIDS. Saat ini dia tengah melakukan studi doktoral di bidang Humaniora di Brock University di Kanada. (oikoumene.org)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
BNPT Siap Dampingi Eks Anggota Jamaah Islamiyah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Eddy Ha...