WCC Serukan Komitmen Jangka Panjang Babak Baru Perdamaian AS-Korut
SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC), Pdt Dr Olav Fykse Tveit, bersyukur atas keberhasilan KTT Amerika Serikat (AS) - Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) yang lebih dikenal dengan Korea Utara (Korut). Ia menyebutnya sebagai “langkah pertama yang penting di jalan ke masa depan yang lebih damai dan aman di kawasan itu (Semenanjung Korea, Red).”
KTT yang berlangsung di Singapura pada 12 Juni 2018 itu terjadi setelah periode konfrontasi yang terus memanas dan sangat berbahaya. Namun, para pemimpin AS dan Korut menyatakan komitmen mereka untuk membangun hubungan baru sesuai dengan keinginan rakyatnya untuk perdamaian dan kemakmuran, dan untuk bergabung dengan upaya mereka membangun perdamaian abadi dan stabil di Semenanjung Korea. Korut juga menegaskan kembali komitmennya yang dibuat dalam Deklarasi Panmunjom 27 April 2018 untuk bekerja menuju denuklirisasi lengkap Semenanjung Korea.
WCC telah bekerja selama lebih dari 30 tahun untuk membangun dialog, perjanjian, dan mengadakan pertemuan person-ke-person sebagai sarana untuk menyelesaikan konfrontasi dan perpecahan di Semenanjung Korea. “Karena pernyataan bersama yang ditandatangani oleh kedua pemimpin itu mengakui, pekerjaan yang terperinci dan sulit untuk menerjemahkan penegasan bersama itu ke dalam tindakan, sekarang baru saja dimulai,” kata Tveit.
“Kami menyerukan kepada para pemimpin kedua negara untuk tetap berkomitmen pada jalur dialog untuk perdamaian, dan untuk menahan impuls untuk kembali ke retorika konfrontatif masa lalu,” ia menegaskan.
Tveit menambahkan, WCC akan melanjutkan dan memperluas usahanya dengan dan melalui gereja-gereja Amerika Serikat, Korea Utara, dan Korea Selatan, untuk membangun jembatan kepercayaan dan saling pengertian antara masyarakat di ketiga negara, dan untuk membantu mengatasi pola yang terbentuk selama dekade penuh ketegangan, permusuhan, dan isolasi.
“Di antara langkah-langkah penting lain membangun kepercayaan diri, kami menyerukan penangguhan latihan militer bersama AS-Korea Selatan, dan sanksi terhadap DPRK berkurang,” kata Tveit.
“Kami terutama menyerukan KTT Singapura segera diikuti dengan deklarasi resmi tentang berakhirnya Perang Korea, dan untuk memulai perjanjian damai untuk menggantikan Perjanjian Gencatan Senjata 1953, sehingga dapat membawa keadaan perang yang tertunda itu ke mengakhiri, dan menciptakan kondisi yang lebih kondusif untuk penyelesaian tantangan saat ini di kawasan itu.”
Tveit menyimpulkan, “Dan kami berdoa bahwa komitmen untuk denuklirisasi Semenanjung Korea akan mendorong ke upaya perlucutan senjata nuklir global. Tanpa itu, tidak akan pernah bisa aman.” (oikoumene.org)
Editor : Sotyati
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...