WCC Serukan Peningkatan Bantuan Kemanusiaan di Irak Utara
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Pekan lalu, Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC) bertemu dengan para pemimpin agama dan anggota masyarakat di Irak utara untuk menyerukan peningkatan upaya bantuan kemanusiaan akibat serangan oleh militan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS).
Dalam pertemuan tersebut, WCC mengajak 345 gereja-gereja di seluruh dunia untuk memberi respon pada krisis kemanusiaan lewat beberapa mitranya, seperti ACT Alliance dan lembaga bantuan lain yang bertanggung jawab.
“Masyarakat internasional harus melindungi orang-orang yang sangat rentan, termasuk orang-orang Kristen dan anggota komunitas agama lain di wilayah ini," kata Sekretaris Umum WCC, Pdt Dr Olav Fykse Tveit, Kamis (4/9).
"Ini adalah situasi di mana semua tokoh agama dan masyarakat harus bertanggung jawab dan berdiri bersama untuk mengutuk kebrutalan dan mengatasi situasi ini. Mari kita terus berdoa untuk keadilan dan perdamaian dan bertanya apa yang bisa kita lakukan," Tveit menambahkan.
Ia pun mengaku sangat prihatin melihat nasib masyarakat di Irak, baik yang Kristen maupun komunitas agama lainnya.
"Oleh karena itu penting bagi staf WCC membuat kunjungan solidaritas dengan gereja dan pemimpin agama lain saat ini," kata dia.
Sementara itu, Direktur WCC Komisi Gereja-gereja Urusan Internasional (Commission of the Churches on International Affairs/CCIA), Peter Prove mengatakan semua kelompok agama selain yang mengklaim NIIS telah menjadi target untuk mendapat bantuan, termasuk kelompok Muslim lain, serta orang-orang Kristen dan Yazidi.
Prove melaporkan bahwa menurut badan-badan bantuan lokal kurang dari 20 persen dari pengungsi telah menerima bantuan darurat yang memadai. Menanggapi angka-angka ini, Tveit mengatakan, respon kemanusiaan harus meningkat pesat karena cuaca dingin yang segera datang dan banyaknya orang yang telah melarikan diri tanpa mendapat bantuan yang memadai.
Pada saat yang sama, Tveit menuturkan pemerintah Irak bertanggung jawab untuk melindungi warganya, jika tidak bisa melakukan hal tersebut, maka masyarakat internasional harus turun tangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan orang-orang yang telah dipaksa menjauhi rumah secara brutal.
"Penerapan kekuatan militer internasional di wilayah tersebut harus dilakukan di bawah mandat dari Dewan Keamanan PBB," kata dia.
"Mengingat sejarah intervensi militer internasional di wilayah tersebut, terutama dampak tragis pada masyarakat Irak dalam beberapa tahun terakhir, sehingga harus hati-hati dalam penerapan kekuatan militer itu,” Tveit menambahkan
Dengan perkiraan lebih dari 600.000 orang telah mengungsi akibat serangan terakhir, menambah jumlah pengungsi dalam kekerasan sebelumnya.
Pemerintah daerah Kurdistan adalah bantalan beban berat, tetapi telah menunjukkan respon kemanusiaan yang luar biasa dalam memberi perlindungan dan dukungan kepada para pengungsi di wilayah Kurdistan.
Menurut fakta, hal yang dikhawatirkan selanjutnya adalah musim dingin, karena sebagian besar pengungsi telah melarikan diri hanya dengan pakaian yang melekat di badan mereka. Tveit menyampaikan ada kebutuhan mendesak untuk secara radikal meningkatkan dukungan demi respon kemanusiaan internasional.
Tveit juga mengucapkan terima kasih pada gereja-gereja anggota WCC dan pelayanan khusus yang sudah menanggapi dan meminta semua anggota gereja untuk terlibat dalam memberi respon terhadap semua yang menderita akibat kekerasan ini. (oikoumene.org)
Editor : Bayu Probo
Banjir dan Longsor Melanda Soppeng, Sulawesi Selatan, Satu O...
MAKASSAR, SATUHARAPAN.COM- Banjir melanda Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan, pada hari Sa...