WHO: Dalam Tangani COVID-19, Terlalu Banyak Negara Menuju Arah Salah
JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Pandemi virus corona yang meluas berpotensi menjadi jauh lebih buruk jika semua negara tidak mematuhi tindakan pencegahan kesehatan dasar, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pada hari Senin (13/7).
"Biarkan saya berterus terang, terlalu banyak negara menuju ke arah yang salah, virus tetap menjadi musuh publik nomor satu," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pada briefing virtual dari kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss.
“Jika hal-hal yang dasar tidak diikuti, satu-satunya cara pandemi ini akan berlangsung, itu akan menjadi semakin buruk. Tetapi tidak harus seperti ini."
Infeksi meningkat di atas 13 juta di seluruh dunia pada hari Senin, menurut penghitungan Reuters, naik satu juta hanya dalam lima hari dalam pandemi yang telah menewaskan lebih dari setengah juta orang.
5 Hari Tambah 1 Juta Kasus
Kasus pertama dilaporkan di China pada awal Januari dan butuh tiga bulan untuk mencapai satu juta kasus. Hanya perlu lima hari untuk naik menjadi 13 juta kasus dari 12 juta yang tercatat pada 8 Juli.
Jumlah kasus adalah sekitar tiga kali lipat dari penyakit influenza parah yang dicatat setiap tahun, menurut WHO.
Sejauh ini ada lebih dari 568.500 kematian terkait dengan virus corona, dalam kisaran yang sama dengan jumlah kematian influenza tahunan yang dilaporkan di seluruh dunia. Kematian pertama dilaporkan pada 10 Januari di Wuhan, China, sebelum infeksi dan kematian melonjak di Eropa dan kemudian di Amerika Serikat.
Banyak negara yang terkena dampak parah mengendorkan lockdown untuk memperlambat penyebaran COVID-19. Tempat-tempat lain, seperti kota Melbourne di Australia, menerapkan pembatasan putaran kedua.
Penghitungan Reuters, yang didasarkan pada laporan pemerintah, menunjukkan penyakit ini makin cepat menyebar di Amerika Latin. Amerika mencatat lebih dari setengah infeksi dunia dan setengah kematian.
Amerika Serikat melaporkan rekor global harian 69.070 infeksi baru pada 10 Juli. Di Brasil, 1,86 juta orang dinyatakan positif, termasuk Presiden Jair Bolsonaro, dan lebih dari 72.000 orang telah meninggal.
India, negara dengan jumlah infeksi tertinggi ketiga, telah bersaing dengan rata-rata 23.000 infeksi baru setiap hari sejak awal Juli.
Di negara-negara dengan kapasitas pengujian terbatas, jumlah kasus hanya mencerminkan sebagian dari total infeksi. Para ahli mengatakan data resmi kemungkinan kurang mewakili infeksi dan kematian.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...