WHO: Empat dari Lima Remaja di Dunia Kurang Gerak dan Olahraga
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Lebih dari 80 persen remaja di seluruh dunia, tidak melakukan olahraga harian setidaknya selama satu jam, demikian menurut sebuah studi lembaga kesehatan PBB, WHO.
Studi yang dilakukan oleh WHO ini, menemukan 81 persen remaja berusia antara 11 dan 17 tahun, tidak melakukan aktivitas fisik dengan intensitas ringan hingga sedang setidaknya satu jam sehari. Aktivitas yang dimaksud antara lain adalah berjalan, mengendarai sepeda, atau berolahraga.
"Empat dari setiap lima remaja tidak memetik nikmat dan manfaat kesehatan sosial, fisik, dan mental dari aktivitas fisik sehari-hari," kata Fiona Bull, spesialis aktivitas dan kesehatan yang juga turut menulis laporan tersebut, yang dilansir dw.com, pada Sabtu (29/11).
Laporan tentang tren global terkait aktivitas fisik remaja ini, didasarkan pada data survei yang dikumpulkan dari 1,6 juta siswa di 146 negara dan wilayah antara tahun 2001 dan 2015.
Temuan ini, meresahkan karena aktivitas fisik dikaitkan dengan fungsi jantung dan pernapasan yang lebih baik, serta meningkatnya kesehatan mental dan aktivitas kognitif yang berimplikasi pada pembelajaran siswa. Olahraga yang juga diiringi makanan sehat, dipandang oleh para ahli sebagai kunci untuk mengendalikan wabah obesitas yang terjadi di seluruh dunia.
Revolusi Elektronik
Laporan, yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Child & Adolescent Health ini, tidak menyebutkan mengapa remaja sangat tidak aktif. Namun, rekan penulis studi ini memperkirakan adanya peran teknologi digital, yang membuat banyak orang muda menghabiskan waktu di depan perangkat elektronik.
"Kita mengalami revolusi elektronik yang tampaknya telah mengubah pola pergerakan remaja dan mendorong mereka untuk duduk lebih banyak, menjadi kurang aktif, mengemudi lebih banyak, berjalan lebih sedikit, (dan) menjadi kurang aktif secara umum," kata pakar penyakit gaya hidup dari WHO, Leanne Riley.
Faktor-faktor lain yang turut berkontribusi juga termasuk infrastruktur yang buruk dan ketidakamanan di beberapa negara. Secara global, studi ini menemukan tidak ada pola ketidakaktifan yang jelas berdasarkan tingkat pendapatan atau wilayah.
Persentase remaja yang masuk ke kategori ini yaitu 66 persen di Bangladesh, hingga 94 persen di Korea Selatan. Negara-negara berpenghasilan tinggi di Asia Pasifik diketahui memiliki tingkat aktivitas fisik paling rendah.
"Kami menemukan prevalensi tinggi hampir di mana-mana," kata pemimpin penulis penelitian, Regina Guthold, kepada wartawan.
Perbedaan Berdasarkan Gender
Studi ini juga menemukan perbedaan di antara jenis kelamin di seluruh dunia, yaitu 85 persen perempuan dan 78 persen laki-laki yang disurvei, tidak dapat mencapai target latihan setiap harinya. Para remaja laki-laki di negara-negara yang lebih sejahtera di Barat, dan remaja perempuan di Asia Selatan, mendapatkan latihan paling banyak, bila dibandingkan dengan masing-masing gender.
Remaja perempuan di Bangladesh dan India termasuk di antara yang aktif, mungkin karena "anak perempuan diharuskan membantu kegiatan dan pekerjaan rumah tangga di sekitar rumah," kata laporan itu.
Namun, secara keseluruhan, jumlah anak perempuan yang lebih aktif daripada anak laki-laki hanya ada di empat negara yaitu Afghanistan, Samoa, Tonga, dan Zambia.
Ketidakaktifan anak perempuan, tampaknya masih terkait dengan tradisi budaya yang cenderung menjaga anak perempuan di dalam rumah, serta masalah yang terkait keamanan jika anak perempuan berada di luar rumah.
Guthold juga menunjukkan "lebih banyak promosi aktivitas fisik yang ditujukan bagi anak laki-laki."
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...