WHO Meninjau Risiko Kesehatan Plastik dalam Air Minum Kemasan .
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan meninjau kembali potensi risiko plastik dalam air minum kemasan terhadap kesehatan, setelah penelitian baru pada beberapa merek air minum kemasan terpopuler di dunia, lebih dari 90 persen mengandung potongan plastik kecil (mikroplatik).
Walaupun sampai saat ini belum terbukti mikroplastik dapat merusak kesehatan manusia, WHO sangat peduli dan ingin mengetahui dampaknya.
Bruce Gordon, koordinator WHO untuk masalah lingkungan dan sanitasi, mengatakan kepada BBC News, pada Kamis (15/3) dilansir situs bbc.com, bahwa pertanyaan utamanya adalah apakah makan atau minum partikel plastik yang dalam waktu lama bisa membahayakan kesehatan .
"Ketika kita memikirkan komposisi plastik, apakah mungkin ada racun di dalamnya, sampai sejauh mana mereka membawa partikel yang memiliki unsur berbahaya yang ada dalam tubuh, sampai saat ini belum ada penelitian yang telah dilakukan."
"Kami biasanya memiliki batas 'aman', untuk menentukannya, dan kita perlu memahami jika hal-hal ini berbahaya.”
Gordon mengatakan, dia tidak ingin membuat orang menjadi khawatir, dan ancaman sebenarnya jauh lebih besar terjadi di negara-negara di mana persediaan dapat terkontaminasi limbah.
"Masyarakat jelas akan khawatir apakah ini akan membuat mereka sakit dalam jangka pendek dan jangka panjang."
WHO pun meneliti lebih dari 250 botol air dari 11 merek berbeda, yang dibeli di sembilan negara. Penelitian yang dilakukan di Universitas Negeri New York di Fredonia, sebagai bagian dari sebuah proyek yang melibatkan penelitian organisasi jurnalisme Orb Media yang berbasis di AS.
Orb Media mengatakan, telah melakukan uji coba: Aqua (Danone), Aquafina (PepsiCo), Bisleri (Bisleri Internasional), Dasani (Coca-Cola), Epura (PepsiCo), Evian (Danone), Gerolsteiner (Gerolsteiner Brunnen), Minalba (Grupo Edson Queiroz), Nestlé Pure Life (Nestle), San Pellegrino (Nestle), dan Wahaha (Hangzhou Wahaha Group).
Dengan menggunakan pewarna yang disebut Nile Red, yang mengikat potongan plastik mengambang secara bebas, Prof Sherri Mason, menemukan rata-rata 10 partikel plastik per liter air, yang masing-masing lebih besar dari ukuran rambut manusia. Partikel yang lebih kecil dari plastik juga ditemukan rata-rata 314 per liter.
Dari semua botol yang diuji, 17 ditemukan tidak memiliki partikel sama sekali, sementara banyak jumlahnya terhitung ratusan atau bahkan ribuan, dengan perbedaan besar dalam merek dan bahkan kemasan botol yang sama.
Beberapa perusahaan tersebut merespons dengan tetap berdalih bahwa mereka tetap memiliki kualitas dan keamanan yang terjamin. Bahkan mempertanyakan, mengapa hasil penelitian tersebut jauh lebih tinggi daripada penelitian internal mereka sendiri. Mereka menunjukkan selama ini tidak ada peraturan tentang mikroplastik, atau metode pengujian yang telah disepakati bersama.
Prof Mason mengatakan, para periset harus dapat menjawab pertanyaan mendesak apakah mikroplastik dapat berbahaya.
"Apa yang kita tahu adalah bahwa beberapa partikel ini cukup besar sehingga, setelah tertelan, mereka mungkin dapat diekskresikan, namun mereka dapat melepaskan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan."
"Beberapa partikel ini sangat kecil sehingga mereka benar-benar dapat berjalan melewati saluran gastro-intestinal, melintasi lapisan dan dibawa ke seluruh tubuh, dan kita tidak tahu implikasi pada berbagai jaringan organ tubuh."
Badan Standar Makanan Inggris mengatakan, tidak mungkin tingkat mikroplastik yang dilaporkan dalam botol air dapat menyebabkan kerusakan, namun menambahkan bahwa, "akan menilai informasi yang muncul mengenai mikroplastik dalam makanan dan minuman".
Bagi Dr Stephanie Wright dari King's College Centre for Environment and Health, prioritasnya adalah memahami seberapa banyak mikroplastik yang terpapar, dan mengatahui pasti dampak yang ditimbulkan bagi tubuh.
Periset telah menetapkan bahwa partikel kecil titanium dioksida dapat melewati lapisan usus, sehingga hal yang sama mungkin terjadi dengan plastik, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang di mana ia akan berakhir.
Dr Wright mengatakan, "Partikel bisa tinggal di dalam sel kekebalan di lapisan usus, atau diteruskan ke sistem limfatik kita yang berakhir di kelenjar getah bening.
"Ini adalah partikel keras asing, yang pasti akan dibuang tubuh kita tapi tidak bisa karena plastik tidak terdegradasi, sehingga akan membahayakan jaringan lokal."
Editor : Sotyati
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...