WHO: Misinformasi Sebabkan Peningkatan Penyakit Campak di Eropa
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengingatkan, rasa puas diri dan misinformasi yang menghubungkan vaksin campak dengan dampak samping yang berbahaya telah mengakibatkan kasus campak di kawasan Eropa dalam satu dekade terakhir naik ke tingkat tertinggi.
WHO melaporkan, lebih dari 41.000 anak dan orang dewasa di wilayah Eropa telah terinfeksi campak dalam enam bulan pertama tahun ini, termasuk 37 yang meninggal. Ini merupakan peningkatan dramatis dibanding tahun 2016 ketika kurang dari 5.300 penderita penyakit mematikan ini yang dilaporkan, yang terendah dalam satu abad.
Mark Muscat, pejabat teknis Urusan "penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin" di kantor WHO Wilayah Eropa mengatakan kepada VOA, bahwa salah satu faktor utama yang menimbulkan lonjakan tajam infeksi campak ini adalah rasa puas diri.
Ia mengatakan, vaksin campak sudah sangat berhasil mencegah meluasnya penyakit mematikan ini, sehingga banyak orang tua yang merasa tidak perlu memvaksinasi anak-anak mereka.
Ditambahkannya, kekhawatiran akan dampak sampingan juga menyurutkan banyak orang untuk memvaksinasi anak-anak mereka. Sebagai contoh, Muscat mencatat dampak luar biasa akibat penelitian tahun 1998 yang mengaitkan vaksin campak, gondok dan rubella dengan autisme.
"Ironisnya penyakit itu masih ada dan kembali meluas. Sudah tertanam dalam mentalitas sebagian orang tentang hubungan antara vaksin campak dengan autisme dan sebagainya. Ini yang sebenarnya ada di benak banyak orang. Ini semua misinformasi. Penelitian itu telah ditarik. Itu bukan penelitian yang sah dan orang tidak boleh mengambil keputusan berdasarkan penelitian itu," kata Muscat.
Tujuh negara di Eropa: Prancis, Georgia, Yunani, Italia, Rusia, Serbia dan Ukraina, melaporkan lebih dari seribu anak-anak dan orang dewasa terinfeksi campak tahun ini. Ukraina, yang memiliki lebih dari 23.000 penderita campak, adalah yang paling parah. Serbia melaporkan jumlah korban kematian tertinggi, yaitu 14 orang, dari 37 korban meninggal di Eropa.
Campak sangat menular dan merupakan pembunuh utama anak-anak. Untuk mencegah wabah campak, WHO mengatakan sedikitnya 95 persen daerah Eropa harus diimunisasi, dengan dua dosis vaksin yang mengandung campak, setiap tahun, di tiap komunitas. (Voaindonesia.com)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...