WHO Pelajari Data Terbaru Kasus Pembekuan Darah Vaksin AstraZeneca
JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan tidak akan ada alasan untuk mengubah penilaiannya bahwa manfaat vaksin AstraZeneca terhadap COVID-19 lebih besar daripada risikonya, kata satu direktur pada hari Selasa (6/4).
WHO sedang mempelajari dengan cermat data terbaru bersama dengan regulator Eropa dan lainnya, sehubungan dengan laporan pembekuan darah di antara orang-orang yang telah divaksinasi, kata Rogerio Gaspar, direktur regulasi dan prakualifikasi WHO.
Seorang pejabat senior di regulator obat-obatan Eropa mengatakan ada "hubungan" yang jelas antara vaksin COVID-19 AstraZeneca dan pembekuan darah yang sangat langka di otak, meskipun penyebab langsung dari penggumpalan tersebut masih belum diketahui.
European Medical Agency (EMA) mengatakan dalam sebuah pernyataan setelah komentar Marco Cavaleri, ketua tim evaluasi vaksin, bahwa pihaknya masih melakukan peninjauan terhadap vaksin dan diharapkan untuk mengumumkan temuannya pada hari Rabu atau Kamis.
Gaspar mengatakan WHO mengharapkan untuk mencapai penilaian baru pada Rabu atau Kamis, setelah kelompok penasihat keamanan vaksinnya sendiri bertemu, tetapi tidak yakin akan ada alasan untuk mengubah penilaiannya bahwa manfaatnya lebih besar daripada risikonya.
"Apa yang dapat kami katakan adalah bahwa penilaian yang kami miliki saat ini, dan ini sedang dipertimbangkan oleh para ahli, adalah bahwa penilaian manfaat dan risiko untuk vaksin sebagian besar masih positif," katanya dalam konferensi pers di Jenewa.
"Kami terus melihat sejumlah peristiwa yang merupakan peristiwa langka yang menghubungkan trombositopenia dengan peristiwa tromboemboli, dan peristiwa langka tersebut sekarang dikategorikan dalam hal diagnostik, dalam hal populasi, dalam hal distribusi dalam populasi," katanya.
WHO telah berhubungan dengan berbagai komite ahli nasional dan regional yang akan memutuskan status regulasi vaksin tersebut, kata Gaspar. "Untuk saat ini belum ada bukti bahwa penilaian manfaat-risiko untuk vaksin perlu diubah," tambahnya. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...