WHO Peringatkan Kasus Kamatian Anak di Uzbekistan Akibat Sirop Obat Buatan India
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan waspada terhadap penggunaan dua sirup obat batuk India yang disalahkan atas kematian sedikitnya 20 anak di Uzbekistan.
WHO mengatakan produk oat, yang diproduksi oleh Marion Biotech India, "di bawah standar" dan bahwa perusahaan telah gagal memberikan jaminan tentang "keamanan dan kualitas" mereka.
Peringatan tersebut, dikeluarkan pada hari Rabu (11/1), setelah pihak berwenang Uzbekistan mengatakan bulan lalu setidaknya 20 anak meninggal setelah mengonsumsi sirup yang dibuat oleh perusahaan dengan merek Doc-1 Max.
Kementerian Kesehatan India kemudian menangguhkan produksi di perusahaan tersebut dan Uzbekistan melarang impor dan penjualan Doc-1 Max.
Peringatan WHO mengatakan analisis sampel sirup oleh laboratorium kendali mutu Uzbekistan menemukan "jumlah dietilen glikol (DG) dan/atau etilen glikol (EG) yang tidak dapat diterima sebagai kontaminan".
Diethylene glycol dan ethylene beracun bagi manusia saat dikonsumsi dan bisa berakibat fatal.
“Kedua produk ini mungkin memiliki izin edar di negara lain di kawasan ini. Mereka mungkin juga telah didistribusikan, melalui pasar informal, ke negara atau wilayah lain,” kata WHO.
Produk tersebut "tidak aman dan penggunaannya, terutama pada anak-anak, dapat mengakibatkan cedera serius atau kematian", katanya.
Pejabat Marion Biotech tidak dapat dihubungi segera untuk memberikan komentar.
Ini adalah produsen obat India kedua yang menghadapi penyelidikan oleh regulator sejak Oktober, ketika WHO mengaitkan obat-obatan perusahaan lain dengan serentetan kematian anak di Gambia.
Maiden Pharmaceuticals dituduh membuat beberapa obat batuk dan pilek beracun yang menyebabkan kematian sedikitnya 66 anak di negara Afrika itu. Para korban, kebanyakan berusia antara lima bulan dan empat tahun, meninggal karena gagal ginjal akut.
India meluncurkan penyelidikan ke Maiden Pharmaceuticals tetapi kemudian mengatakan penyelidikan telah menemukan obat yang dicurigai memiliki "kualitas standar". (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...