WHO Selidiki Penyakit Langka Yang Serang Anak-anak
JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sedang mempelajari kemungkinan hubungan antara COVID-19 dan penyakit radang langka yang telah membuat sakit dan membunuh anak-anak di Eropa dan Amerika Serikat, hari Jumat (15/5).
Dalam beberapa pekan terakhir, beberapa negara melaporkan kasus anak-anak yang terkena penyakit radang dengan gejala yang mirip penyakit Kawasaki yang langka. "Laporan awal memiliki hipotesis bahwa sindrom ini mungkin terkait dengan COVID-19," kata ketua WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam briefing virtual.
"Sangat penting untuk secara mendesak dan hati-hati menandai sindrom klinis ini, untuk memahami hubungan sebab akibat dan untuk menggambarkan intervensi pengobatan," katanya.
Dia mengatakan WHO telah mengembangkan definisi kasus awal untuk penyakit ini, yang dijuluki "Multisystem Inflammatory Syndrome in Children", dan menyerukan kepada dokter di seluruh dunia untuk "waspada dan lebih memahami sindrom ini."
Kasus di AS dan Eropa
Komentarnya muncul setelah seorang dokter di Prancis mengatakan pada hari Jumat bahwa seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun di sana yang dites positif COVID-19 telah meninggal karena sindrom tersebut, menandai kematian pertama di negara tersebut. Kematian anak yang serupa sedang diselidiki di New York dan London.
Sebuah rumah sakit anak-anak di London mengatakan pada hari Rabu (13/5) bahwa seorang anak laki-laki berusia 14 tahun tanpa kondisi kesehatan yang mendasari telah meninggal akibat penyakit tersebut dan telah dites positif terkena virus corona baru.
Di New York, Gubernur Andrew Cuomo mengatakan pada hari Selasa (12/5) bahwa tiga anak di negara bagian itu telah meninggal dan lebih dari 100 kasus sedang diselidiki.
Ada 125 kasus yang dilaporkan di Prancis antara 1 Maret dan 12 Mei, menurut badan kesehatan masyarakat negara itu. Usia pasien berkisar antara satu hingga 14 tahun.
Sangat Langka
Pakar WHO, Maria Van Kerkhove, mengatakan pada pengarahan hari Jumat bahwa hubungan dengan COVID-19 belum jelas, karena beberapa anak dengan sindrom tersebut belum dites positif terkena virus. "Kita perlu memahami apakah sindrom ini terkait dengan COVID-19 atau tidak," katanya. "Perlu semua negara waspada untuk ini."
Sementara itu direktur kedaruratan WHO, Michael Ryan, mengatakan bahwa meskipun sindrom tersebut terkait dengan COVID-19, itu mungkin tidak disebabkan oleh virus corona baru itu sendiri. "Yang belum kita ketahui adalah apakah hal-hal langka yang terjadi itu terkait langsung dengan virus... atau apakah kita juga melihat hasil dari respon kekebalan terhadap virus," katanya.
Dia juga menekankan bahwa sindrom yang berdampak pada anak-anak tampaknya "sangat jarang", dan hanya menjadi jelas karena membengkaknya jumlah kasus COVID-19. "Itu tidak berarti bahwa penyakit ini berubah pada anak-anak," katanya. "Maksudnya adalah bahwa ketika Anda mendapatkan sejumlah besar anak-anak dengan penyakit ini, Anda akan melihat kejadian yang sangat jarang terjadi." (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...