WHO tentang Omicron: Jangan Panik, tetapi Siap-siap
JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan, pada hari Jumat (3/12) mendesak orang-orang untuk tidak panik atas munculnya varian virus corona, Omicron. Dan dikatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan apakah vaksin COVID-19 harus dimodifikasi untuk melawannya.
Berbicara dalam sebuah wawancara dengan Reuters Next, Soumya Swaminathan juga mengatakan tidak mungkin untuk memprediksi apakah Omicron akan menjadi strain yang dominan.
Omicron telah ditemukan di Asia, Afrika, Amerika, Timur Tengah dan Eropa, dan telah mencapai tujuh dari sembilan provinsi Afrika Selatan, di mana ia pertama kali varian itu diidentifikasi. Banyak pemerintah telah memperketat aturan perjalanan untuk menghindari varian tersebut.
Swaminathan mengatakan bahwa tanggapan yang tepat adalah bersiap-siap. “Seberapa khawatir kita seharusnya? Kita harus siap dan hati-hati, tidak panik, karena kita berada dalam situasi yang berbeda dengan tahun lalu,” katanya.
“Delta menyumbang 99 persen infeksi di seluruh dunia. Varian ini harus lebih menular untuk bersaing dan menjadi dominan di seluruh dunia. Itu mungkin, tetapi tidak mungkin untuk diprediksi. ”
Banyak Yang Belum Diketahui
Masih banyak yang belum diketahui tentang Omicron, yang telah terdeteksi di lebih dari dua lusin negara saat bagian Eropa bergulat dengan gelombang infeksi varian Delta yang lebih dikenal.
“Kita perlu menunggu, semoga lebih ringan… tapi terlalu dini untuk menyimpulkan tentang varian secara keseluruhan,” kata Swaminathan.
Australia menjadi negara terbaru yang melaporkan penularan komunitas dari varian baru, sehari setelah ditemukan di lima negara bagian Amerika Serikat.
Juru bicara WHO, Christian Lindmeier, mengatakan pada briefing PBB di Jenewa sebelumnya bahwa pembuat vaksin harus bersiap untuk kemungkinan menyesuaikan produk mereka.
Dia juga mengatakan organisasi tersebut belum melihat laporan kematian terkait dengan varian Omicron baru. "Saya belum melihat laporan kematian terkait Omicron," kata Lindmeier kepada wartawan di Jenewa.
"Kami mengumpulkan semua bukti dan kami akan menemukan lebih banyak bukti saat kami melanjutkan," katanya dikutip AFP.
Vaksin dan Kontrol Perbatasan
Ugur Sahin, CEO BioNTech Jerman yang membuat vaksin COVID-19 dengan Pfizer, mengatakan pada konferensi Reuters Next bahwa perusahaannya harus dapat mengadaptasi suntikan dengan relatif cepat.
Sahin juga mengatakan vaksin saat ini harus terus memberikan perlindungan terhadap penyakit parah, meskipun ada mutasi.
Takeshi Kasai, direktur Pasifik barat WHO, mengatakan kepada media briefing bahwa vaksin adalah solusi, dan kontrol perbatasan hanya dapat mengulur waktu.
“Masyarakat seharusnya tidak hanya mengandalkan tindakan perbatasan. Yang paling penting adalah mempersiapkan varian ini dengan potensi penularan yang tinggi. Sejauh ini informasi yang tersedia menunjukkan bahwa kami tidak perlu mengubah pendekatan kami.”
Kasai mendesak negara-negara untuk memvaksinasi kelompok rentan sepenuhnya dan tetap berpegang pada tindakan pencegahan seperti memakai masker dan menjaga jarak sosial. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...