WikiLeaks: Raja Arab Saudi Sogok Media-media di Negara Islam
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM – Korespondensi diplomatik yang diterbitkan oleh WikiLeaks mengungkapkan bahwa Kerajaan Arab Saudi berusaha menyogok media-media besar maupun kecil di negara-negara Islam di Arab agar menjalankan kebijakan redaksional yang pro-Arab. Mereka membeli pengaruh dengan berbagai cara, termasuk dengan melakukan penyelamatan terhadap stasiun televisi yang dilanda kesulitan keuangan.
The Salt Lake Tribune, mengutip WikiLeaks, melaporkan bahwa sebuah jaringan TV Lebanon yang menghadapi kesulitan keuangan memperoleh kucuran dana US$ 2 juta dari Arab Saudi dengan imbalan mengadopsi kebijakan redaksional yang menguntungkan Arab. Selain itu, sebuah media di Guinea dilaporkan memperoleh US$ 2.000. Sementara media-media penerbitan kecil lainnya di seluruh dunia Arab menerima puluhan ribu dolar, dalam bentuk pembayaran berlangganan yang dibesar-besarkan.
Keterangan yang diungkapkan oleh WikiLeaks tersebut merupakan info yang memperkuat dugaan selama ini, bahwa Kerajaan Arab Saudi menggunakan kekayaan minyak mereka untuk membeli pengaruh atas media dan pusat-pusat penelitian di seluruh dunia Muslim.
Percakapan diplomatik yang bocor itu, lebih jauh menggambarkan betapa kerasnya usaha negara yang merupakan sekutu AS itu untuk meredam kritik, memoles citra serta memperkuat persatuan di kalangan negara-negara Arab yang terancam pecah oleh militiansi agama dan ketegangan sektarian.
Percakapan-percakapan tersebut juga banyak berkaitan dengan membesarnya persaingan antara kalangan Sunni Arab Saudi dan Syiah Iran untuk menanamkan pengaruh di wilayah Arab, khususnya Lebanon, sebuah negara yang multi etnis. Negara ini dikenal memiliki kebebasan pers, yang merupakan titik sentral pertempuran pengaruh antara Riyadh dan Teheran.
Otentisitas percakapan kawat yang dilansir WikiLeaks memang belum dapat diverifikasi oleh The Associated Press, yang mengungkap bocoran WikiLeaks, sementara pemerintah Saudi memperingatkan media lokal terhadap bahaya penerbitan korespondensi diplomatik.
Pada tahun 2012, almarhum Raja Abdullah menyetujui dana talangan sebesar US$ 2 juta untuk jaringan MTV Lebanon dengan syarat mereka harus melawan serangan media terhadap Kerajaan. Selain itu televisi tersebut juga diminta mengundang kalangan terpelajar Saudi sebagai bintang tamu dalam talk show, sebagaimana terungkap dalam percakapan diplomatik tersebut.
Pembayaran sebesar US$ 2 juta itu merupakan penurunan drastis dari US$ 20 juta yang diminta oleh direktur stasiun televisi dan US$ 5 juta yang direkomendasikan Kementerian Luar Negeri Saudi.
Juru bicara MTV, Ghayath Yazbeck, menolak permintaan untuk komentar atas hal ini.
Dalam kasus lain, diungkapkan bahwa Pangeran Saud pernah mengajukan saran kepada Kabinet agar dua media terkemuka milik Arab Saudi - Asharq al-Awsat dan al-Hayat - menghentikan penerbitan editorial yang kritis terhadap sekutu Kerajaan Arab Saudi di Lebanon, yaitu mantan Perdana Menteri Saad al-Hariri, pemimpin kunci Sunni. Dalam kasus lain dianjurkan pula menghentikan serangan media kepada tokoh politik Rusia, untuk membantu meningkatkan hubungan dengan Moskow.
"Membeli Kebisuan," menjadi judul harian yang berbasis di Beirut, Al-Akhbar edisi Sabtu (20/6), atas terungkapnya informasi oleh WikiLeaks tersebut. Dalam korespondensi diplomatik itu juga terungkap bahwa pejabat Saudi menawarkan atau sebaliknya menolak perjalanan gratis ke Kerajaan Arab Saudi, untuk mengamankan kepentingan sekutu mereka di media, atau menghukum pengeritik pemerintah.
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...