World Agrofrestry Center Kampanye pada Usia Dini Lewat Teater
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Cerita tentang dua ekor lebah lokal Apis cerana, Rena dan Sena, mencari tempat baru yang layak ditinggali. Mereka meninggalkan tempat lamanya yang didominasi lebah asing Apis mellifera. Lebah asing ini menurut peternak lebah lebih produktif dibandingkan lebih lokal.
Rena dan Sena dalam perjalanan mencari tempat baru harus berhadapan dengan hujan pestisida yang mematikan lebah-lebah. Sedikit bunga dapat dihinggapi akibat tercemar pestisida. Serta perubahan iklim membuat musim kemarau serasa tidak berujung.
Pementasan teater itu dipersembahkan Teater Gerak Agroforestri dalam rangka ‘Indonesia Climate Change Forum and Expo 2017: Youth and Sustainable Lifestyle’ pada Kamis (7/9) di Jakarta Convention Center yang merupakan bagian dari kampanye lingkungan World Agrofrestry Center.
Senior Communication Officer World Agrofrestry Center Angga Ariestya menyebutkan bahwa kesadaran lingkungan itu sebaiknya ditanamkan sejak dini. Mengingat masalah lingkungan tidak pernah ada habisnya.
“Karena kalau kita bicara lingkungan tentu tidak habis sampai dengan eranya saat ini. Tetapi terus menerus akan ada era-era selanjutnya. Siapa yang menjadi era-era selanjutnya? Nah ini sebenarnya anak-anak. Alangkah lebih baik kalau misalkan juga kampanye-kampanye lingkungan juga menyasar usia-usia dini. Jadi kesadaran itu sudah terbangun dari awal,” katanya kepada satuharapan.com.
Teater Gerak Agroforestri ini digarap dengan melibatkan anak-anak SD dan praktisi seni teater. Melalui teater ini, Angga Ariestya berharap kampanye lingkungan sejak dini dapat membentuk suatu pola hidup generasi baru yang peduli lingkungan.
“Harapannya ketika mereka tumbuh menjadi generasi baru. isu lingkungan ini bisa menjadi perhatian mereka dan pola hidup ini bisa berubah. Selama ini generasi yang lama sudah punya pola hidupnya sendiri. Ketika masuk isu-isu lingkungan tentu harus mengubah pola hidup mereka. Di satu sisi anak usia dini memang masih mencari bentuk, mencari pola hidup apa ke depannya. Diharapkan ketika kesadaran itu sudah ditanamkan, ke depannya pola hidup tentang lingkungan yang lebih ramah, lebih lestari, itu bisa menjadi pola hidup mereka,” kata dia.
Antusiasme anak-anak yang menikmati pertunjukan dan menangkap pesan pementasan ini diharapkan dapat mengenalkan isu lingkungan yang menjadi fokus World Agrofrestry Center. Seperti persoalan perubahan iklim. World Agrofrestry Center sendiri sudah 25 tahun di Indonesia.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...