Wukuf di Arafah Jatuh pada Hari Rabu
MEKKAH, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Arab Saudi menetapkan bahwa wukuf di Arafah pada penyelenggaraan haji tahun ini jatuh pada hari Rabu (23/9).
Jamaah Indonesia diimbau untuk memanfaatkan kesempatan berwukuf di Arafah sebagai momentum melakukan muhasabah dan introspeksi diri.
“Arafah itu tidak hanya tahu dan faham, tapi memahami keberadaan dirinya. Saat Arafah, jamaah diminta untuk wukuf (diam), maksudnya merenung, introspeksi, muhasabah terhadap keberadaannya sebagai manusia sehingga bisa sampai pada pengenalan terhadap Tuhannya setelah dia mampu mengenali dirinya,” kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin terkait makna Arafah, Mekkah, hari Minggu (20/9).
Menurutnya, puncak haji Arafah, dan Rasul mengatakan bahwa haji adalah Arafah. Itu kata Menag karena Arafah adalah tingkat tertinggi seseorang yang mampu mengenali dirinya.
“Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu. Barang siapa yang telah mampu mengetahui hakikat dirinya maka sesungguhnya dia telah mengenal dan mengetahui hakikat Tuhannya,” kata dia.
“Jadi dengan mengenali diri kita sendiri, sebenarnya itu adalah cara bagaimana kita bisa sampai mengenal Tuhan kita,” dia menambahkan.
Perenungan dalam Arafah dimaksudkan agar jamaah haji mampu lebih mawas diri terhadap kemanusiaannya. Dalam Islam, lanjut Menag, kemanusiaan itu hakikatnya dua yang kemudian menyatu. Pertama, fungsi manusia sebagai khalifatullah, pengelola alam semesta.
“Dalam Islam, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama. Derajat tertinggi kualitas kemanusiaan kita adalah kalau kita mampu menebarkan kemaslahatan bagi sebanyak mungkin sesama kita,” kata dia.
Kedua, fungsi sebagai hamba Allah. Menurut Menag, melakukan fungsi Khalifatullah dengan baik adalah wujud dari fungsi manusia sebagai hamba Allah atau bentuk ketundukan kita kepada Allah.
“Di situlah perenungan yang perlu dilakukan saat kita wukuf di Arafah,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Bidang Bimbingan Ibadah dan Pengawasan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Ali Rokhmad, hari Sabtu (19/9) mengatakan, jamaah harus memanfaatkan wukuf untuk memahami eksistensi diri dan menyadari segala perbuatan yang telah dilakukan.
“Melakukan muhasabah, berdoa untuk keselamatan diri dan keluarga,” kata dia.
Karena itu, Ali menuturkan, jamaah juga harus menyiapkan diri untuk beribadah ketika bergerak ke Padang Arafah pada 8 Zulhijjah atau 23 September 2015. Jamaah dapat membawa peralatan ibadah seperti Al Quran, sajadah, dan buku manasik yang memuat rangkaian doa.
Sebelumnya, anggota Amirul Haj yang juga anggota Syuriah PBNU KH. Masdar Farid Mas’udi berpesan agar jamaah haji dapat menjaga martabat dan kehormatan sebagai seorang haji. Menurutnya, orang yang sudah berhaji harus mempu melakukan perubahan akhlak, misalnya dari yang sebelumnya baik, menjadi lebih baik lagi, dari yang sebelumnya kurang rajin beribadah menjadi lebih rajin beribadah.
“Dulunya agak pelit sekarang menjadi lebih dermawan. Dulunya agak kurang sosialisasi, lebih mementingkan kepentingan diri sendiri, agar lebih dermawan dan mengulurkan tangan bagi orang lain yang memerlukan,” kata dia.
“Jadi harus seimbang antara hablum minallah, kesalehan simbolik vertical atau kesalehan personal dengan kesalehan sosial terhadap sesama atau hablum minan-nas,” dia menambahkan.
Sejalan dengan itu, Kiai Masdar berpesan agar para jamaah haji Indonesia dapat memanfaatkan momentum berada di Tanah Suici dengan baik. Kesempatan menjadi tamu Allah mesti disyukuri, lanjut Kyai Masdar, dengan bersikap sebagai tamu yang baik.
“Misalnya dengan menjauhkan dari hal-hal yang dilarang-Nya dan rajin salat berjamaah dan membaca Al Quran, serta tidak melakukan hal yang tidak sepantasnya dan tidak diizinkan oleh agama,” katanya, hari Kamis (17/9).
Ditanya soal doa dan bacaan terbaik bagi jamaah saat di Arafah, Kyai Masdar mengatakan bahwa semua doa dan bacaan itu baik.
“Baca salawat, istighfar, tahlil, itu semuanya baik. Istighfar memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang telah dilakukan karena Arafah itu merupakan tempat yang sangat istimewa untuk bermunajat kepada Allah,” katanya.
“Sayang kalau kesempatan yang mahal dengan menunggu waktu yang lama tapi tidak dimanfaatkan secara optimal,” kata dia.(kemenag.go.id)
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...