WWF-Indonesia: Pesan Earth Hour Berubah untuk Iklim
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF-Indonesia Nyoman Iswarayoga mengatakan, pesan yang ingin disampaikan dalam pelaksanaan Earth Hour 2015 yakni berubah untuk menghadapi dampak perubahan iklim.
"Mematikan lampu menjadi simbol perjuangan untuk lingkungan yang lebih baik. Pesan kali ini “Change for Climate Change”, mari kita berubah untuk menghadapi perubahan iklim," kata Nyoman di Jakarta, Jumat (27/3).
Aksi ini, juga bisa dilakukan siapa saja. Tidak harus komunitas lingkungan karena secara individu masing-masing dapat terlibat untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik dengan mematikan lampu mendukung kampanye Earth Hour yang dilaksanakan serentak di berbagai belahan dunia pada 28 Maret 2015, pukul 20.30 - 21.30 WIB.
Lambang 60+ pada kampanye Earth Hour, menurut dia, memiliki arti lebih sesuai tanda plus di belakangnya. Kegiatan tidak sebatas mematikan lampu selama satu jam saja, tetapi ada banyak kegiatan lain seperti ikut mendukung kegiatan konservasi, hingga mengubah gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
"WWF maunya semua individu turun ke lapangan pada perayaan Earth Hour nanti. Tapi dukungan publik juga bisa diberikan secara online dengan memilih sendiri program konservasi apa yang ingin didukung," kata dia.
Kali ini fokus program konservasi mangrove, terumbu karang, dan penyu dilakukan di tujuh daerah, dan publik dapat melakukan dukungan melalui laman indokasih.com. Sedangkan gerakan perubahan gaya hidup dapat diikuti publik dengan menandatangani sikapnya di laman change.org/indonesia, dengan melakukan tiga prinsip utama yakni mengenal, mencari tahu, serta memahami latar belakang produk sebelum mengonsumsinya.
"Dengan mengenal, mencari tahu, serta memahami tentang latar belakang produk yang dikonsumsi tentu turut menentukan ketahanan dan kerentanan bumi terhadap dampak perubahan iklim," kata Nyoman.
Earth Hour di Indonesia pertama dilakukan tahun 2009. Pada 2015, setidaknya ada 30 kota yang berpartisipasi dari gerakan ini, di antaranya Aceh, Padang, Medan, Palembang, Pekanbaru, Lampung, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi, Bandung, Cimahi, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Kota Baru, Sidoarjo, Kediri, Denpasar, Mataram, Pontianak, Palangka Raya, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, Palu, dan Makassar.
Pada 2014, kampanye global yang mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh dunia untuk peduli terhadap perubahan iklim ini diikuti 30 kota.
Earth Hour yang diinisiasi di Sydney, Australia, yang memasuki tahun ke-7 di dunia berkembang dari satu kota menjadi 7.000 kota, dan dari satu negara menjadi 162 negara hingga menjadi kampanye lingkungan hidup global terbesar.
Dalam perhitungan yang pernah dilakukan sebelumnya apabila 10 persen penduduk Jakarta berpartisipasi dalam Earth Hour, mematikan listrik selama satu jam, dapat menghemat konsumsi listriknya sebesar 300 MWh atau setara dengan mematikan satu pembangkit listrik. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...