Yahudi dan Muslim Inggris Buka Puasa Bersama
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Pekan ini, sebuah rumah ibadat Yahudi di Inggris menjadi tuan rumah buka puasa pertama dengan dihadiri oleh anggota dari komunitas Yahudi dan Muslim setempat.
Seperti yang dilansir oleh Al Arabiya News pada Minggu (13/7), acara yang dikenal dengan “Buka Puasa Besar” ini digelar di sinagoga North Western Reform di London.
Bulan Ramadan menjadi waktu refleksi dan perdamaian. “Melalui buka puasa bersama lintas agama Yahudi-Muslim di rumah ibadat adalah cara untuk komunitas Yahudi dan Muslim untuk bersama-sama di Inggris memberikan cahaya harapan bagi kami yang seagama di Timur Tengah,” kata Mustafa Field, direktur Faiths Forum London.
“Datanglah ke rumah ibadat dengan sukacita!” kata Rabbi Maurice Michaels dalam pengenalan resminya dalam acara berbuka puasa tersebut. Kemudian yang terjadi selanjutnya adalah pembicaraan kesepakatan oleh penyelenggara untuk berkomitmen agar tidak membiarkan masalah yang terjadi di kawasan Timur Tengah berdampak negatif terhadap hubungan yang erat antara dua komunitas masyarakat Inggris tersebut.
Laura Marks, wakil presiden senior dari Dewan Deputi Yahudi Inggris menjelaskan, “Inilah hubungan yang tepat. Kami ingin anak-anak kami tumbuh dan mengenal tetangga mereka dan memperlakukan mereka sebagai teman dan tidak mencurigai satu dengan yang lain.”
Malam ini merupakan malam di mana mereka bisa berbaur, berpesta dan datang bersama-sama yang didasarkan pada kesamaan dari dua agama Abraham dan bukan dari perbedaan politik. Peserta dalam acara tersebut terdiri dari sinagoga lokal di London, perwakilan lintas agama di London serta berbagai anggota komunitas Muslim setempat.
Setelah memberikan salam dalam acara Ramadan Kareem antara tuan rumah dan para tamu, anggota dari dua komunitas secara alamiah bercampur ke dalam suatu percakapan satu sama lain. Dalam momen berbuka puasa tersebut mereka saling berbagi pengalaman puasa atau pengalaman rohani.
Sepanjang acara tersebut terus dikumandangkan kekerabatan masyarakat tidak terjadi secara kebetulan yang memperkuat pentingnya inisiatif antaragama tersebut.
Rabbi Maurice menjelaskan bahwa ketegangan yang terjadi antara Israel-Palestina tidak harus mempengaruhi hubungan antara Muslim dan Yahudi di Inggris.
Dari konflik yang baru-baru ini terjadi yaitu pembunuhan tiga remaja Israel dan seorang pemuda Palestina berusia 17 tahun, Mohammad Abu Khadeir, muncul inisiatif untuk memotivasi perdamaian Yahudi-Muslim yang berada di luar zona konflik. Inisiatif tersebut berasal dari London dan Amerika Serikat.
Kebanyakan dari mereka yang berinisiatif untuk mewujudkan perdamaian hubungan Yahudi-Muslim sering diakui sebagai proyek yang penting dan berharga yang menawarkan kesempatan untuk menyampaikan identitas iman mereka yang terkadang dihiasi dengan stereotip atau kesalahpahaman.
Namun, terkadang dalam proses tersebut dapat membuat masalah semakin meruncing. Misalnya, The Muslim Leadership Initiative (MLI) yang berbasis di AS yang didirikan tahun lalu baru-baru ini telah memicu perdebatan di kalangan Muslim Amerika secara online karena pendekatannya dalam mendorong para pemimpin Muslim Amerika untuk kritis terlibat dengan sebuah organisasi Zionis Yahudi.
Dalam sebuah komentar,” Setelah masa Abraham, Sebelum Perdamaian – Menjelajahi Pembagian” yang dipublikasikan di majalah Islam bulanan, Abdullah Antepeli, seorang ustad di Duke University yang terlibat dalam pembentukan MLI, menjelaskan bahwa program ini terinspirasi untuk menciptakan energi yang berbeda bagi pemikir Muslim-Amerika untuk membangun hubungan sehat terutama dengan komunitas Yahudi Amerka tanpa mengorbankan loyalitas dan cintanya ke Palestina.
“Ini sangat penting untuk terlibat juga dengan sebuah organisasi Zionis Yahudi karena ada sebuah kelompok Muslim Amerika yang jarang terlibat dan sering berada pada spektrum politik yang berlawanan dan dalam pihak yang terbatas.”
Muslim dan Yahudi berbagi sejarah panjang toleransi dan saling mengagumi, yang terus menjadi pendorong penting dalam membangun kekerabatan sosial saat ini di antara dua kelompok agama tersebut.
Meskipun ketegangan yang sedang berlangsung di Timur Tengah yang melibatkan Muslim dan Yahudi, baik di Inggris maupun di AS, kedua kelompok agama ini tetap berkomitmen untuk memperkuat warisan agama atau sejarah agama dalam rangka meningkatkan integrasi sosial memerangi anti-semitisme dan Islamofobia serta menginspirasi harapan untuk perdamaian di wilayah tersebut. (alarabiya.net)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...