Yahudi, Kristen, Islam Bertemu di Acara Antaragama UEA
UEA dan Arab Saudi, bersama dengan negara-negara Teluk lainnya, telah memperluas jangkauan mereka kepada kelompok-kelompok Kristen, seperti evangelis, dan organisasi Yahudi.
ABU DHABI, SATUHARAPAN.COM - Para pemimpin antaragama berkumpul pada hari Senin (3/2) di Abu Dhabi untuk memperingati satu tahun sejak perjalanan bersejarah Paus Fransiskus ke Semenanjung Arab, sebuah kunjungan yang melihat para ulama terkemuka Muslim berkumpul bersama paus untuk mempromosikan koeksistensi.
Uni Emirat Arab (UEA) telah berupaya mempromosikan dirinya selama setahun terakhir sebagai rambu toleransi beragama, meskipun ada batasan keras dalam pidato politik. Mayoritas penduduk negara itu bukan warga Muslim Emirat, tetapi orang asing, jutaan di antaranya adalah Kristen dan Hindu.
Abu Dhabi menjadi tuan rumah pertemuan hari Senin untuk menunjukkan upaya berkelanjutannya dalam mempromosikan dialog antaragama saat mereka bersiap untuk membagi lahan tanah pada tahun ini di sebuah kompleks yang akan menampung sebuah masjid, gereja dan sinagog secara berdampingan. Proyek "Rumah Persaudaraan Abrahamic" akan selesai pada tahun 2022.
Di Emirat, tetangga Dubai, sebuah vila yang tak ditandai telah diubah menjadi sebuah sinagog.
UEA dan Arab Saudi, bersama dengan negara-negara Teluk lainnya, telah memperluas jangkauan mereka kepada kelompok-kelompok Kristen, seperti evangelis, dan organisasi Yahudi. Upaya ini bertepatan dengan penyelarasan kepentingan politik dan ikatan yang lebih luas yang muncul antara negara-negara Teluk Arab dan Israel, yang memiliki musuh yang sama di Iran.
Seorang rabi AS, seorang perwakilan dari gereja Katolik dan seorang syekh dari Al-Azhar Mesir, tempat belajar Islam Sunni berusia 1.000 tahun, menghadiri pengarahan hari Senin di mana mereka membahas upaya antaragama yang sedang berlangsung.
Rabi Senior di Sidang Ibrani Washington, Bruce Lustig, menegaskan keikutsertaannya dalam kunjungan ini sebagai "apolitis".
"Kami di sini sebagai forum perdamaian bagi seluruh keluarga manusia, jadi saya senang ketika ada hubungan yang lebih besar dengan negara Israel," katanya kepada The Associated Press seperti dilansir dari ynetnews.com, hari Senin (3/2)
"Saya senang ketika ada kesempatan untuk membawa keadilan dan kedamaian bagi begitu banyak orang yang memiliki begitu banyak ketidakadilan di dunia."
Perlakuan Israel terhadap Palestina dan juga kesucian pada salah satu situs paling suci Islam di Yerusalem tetap menjadi hambatan untuk normalisasi penuh. Seperti sebagian besar dunia Arab, UEA tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel.
Perjalanan Paus Fransiskus tahun 2019 menandai kunjungan paus pertama ke Semenanjung Arab. Dia mengakhiri perjalanannya dengan merayakan misa bersama dengan 180.000 orang Kristen. Diakhir kunjungannya paus menekankan kehadiran orang Kristen minoritas di wilayah itu dengan pemahaman yang lebih besar tentang Islam.
Selama perjalanannya, Fransiskus juga berpartisipasi dalam konferensi tentang dialog antaragama dan menandatangani dokumen "Persaudaraan Manusia" dengan Imam Besar Al-Azhar, Ahmed el-Tayeb untuk mempromosikan koeksistensi dan menghadapi ekstremisme.
Tepat sebelum ia berangkat ke Abu Dhabi tahun lalu, paus meminta diakhirinya krisis kemanusiaan Yaman, dengan mengatakan "tangisan anak-anak ini dan orang tua mereka bangkit" kepada Tuhan.
UEA merupakan anggota kunci koalisi pimpinan Saudi yang sedang berperang dengan pemberontak Yaman yang berpihak pada Iran. Konflik telah mendorong Yaman ke ambang kelaparan dan menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Dokumen Abu Dhabi tentang “Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Beragama” dalam terjemahan bahasa Indonesia dapat dibaca di dokpenkwi.org (klik link ini).
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...