Yonky Karman: Semua Aggota Parlemen Harus Diganti
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Penulis Republik Galau Merajut Asa, Yonky Karman, melihat ketidaklayakan para anggota legislatif hasil Pemilu 2009 untuk kembali menjadi wakil rakyat pada pemilu tahun ini. “Mereka semua harus diganti,” kata dia.
Menurut Yonky Karman, tingginya skala korupsi yang dilakukan oleh para anggota parlemen menjadi penyebab ketidaklayakan mereka kembali mengisi kursi parlemen di Indonesia.
“Jika menurut Barometer Korupsi Global 2013 yang dirilis Transparency International, Anggota Legislatif Terpilih Pemilu 2009 telah gagal. Karena dalam skala korupsi nol sampai lima, hasilnya di lingkungan parlemen 4,5 dan di partai 4,3 , tidak beda jauh. Artinya, semua harus turun, karena ini merupakan keseluruhan baik dari partai oposisi ataupun koalisi,” ucap Yonky Karman, saat ditemui dalam peluncuran bukunya yang berjudul “Republik Galau Merajut Asa", pada Senin (24/4).
Selanjutnya Yonky mengibaratkan Indonesia seperti negara galau, yang sebenarnya mengetahui hal baik dan tidak baik, namun tidak melakukannya. Dari permasalahan menyerukan anti korupsi tapi melakukan korupsi, hingga tidak bisa memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki.
“Pada 2008, sebuah partai politik beriklan “katakan tidak pada korupsi”, namun kini hampir semua yang ada pemeran Iklan tersebut berada dalam kasus korupsiun, oknum-oknum itu justru yang melakukan. Lalu, kekayaan alam yang menurut konstitusi seharusnya dikuasai negara untuk kesejahteraan rakyat kini tidak berjalan, atau jangan-jangan isi perutnya saja tidak tahu. Orang tahu tapi tidak melakukan, kan galau,” kata dia.
Dosen Sekolah Tinggi Teologi Jakarta ini juga tidak memungkiri bahwa tindak korupsi terjadi pada negara-negara maju. Yang membedakan adalah tindak korupsi di Indonesia merupakan kegiatan sehari-hari yang rutin dilakukan masyarakatnya.
“Di negara maju sebenarnya korupsi terjadi juga. Namun di sana korupsi bukan kegiatan sehari-hari seperti di Indonesia. Dalam pengantar buku Republik Galau Merajut Asa, saya mencantumkan indeks barometer korupsi paling mutakhir 2013, dan tindak korupsi paling tinggi terjadi di parlemen, dan kedua di kepolisian, “ Yonky menambahkan.
Demokrasi Memberi Harapan
Selanjutnya Yonky Karman menyampaikan pandangannya mengenai Pemilu 2014, ia mengatakan, “Masih ada harapan untuk mendapatkan sosok berkualitas pada Pemilu 2014 ini, karena demokrasi selalu memberi harapan dan kesempatan pada rakyat untuk mengoreksi dari yang lama.”
Yonky mengharapkan agar rakyat dapat memilih bukan karena wajah yang sering muncul di televisi, tapi memang berintegritas dan memperjuangkan aspirasi rakyat.
Menanggapi majunya Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi), sebagai calon presiden 2014, Yonky mengatakan bahwa Jokowi memiliki potensi. Namun, dikhawatirkan potensi tersebut akan melemah seiring berkurangnya kebebasan Jokowi untuk mengatur pemerintahan sesuai dengan gaya kepemimpinan dan keinginannya.
“Menjadi kepala negara tidak sama dengan menjadi kepala daerah. Meskipun ia berpotensi, ditakutkan ia tidak akan bebas mengekspresikan kepemimpinannya karena banyak titipan dari sana sini, ya nanti akan sama lagi. Tapi, sangat baik jika dia mampu berkuasa seperti gubernur sekarang—bisa memilih menteri dan orang-orang baik yang bukan titipan. Selanjutnya, siapa pasangan Jokowi juga penting, jika kualifikasinya tidak jelas hasilnya tidak akan baik,” tutup Yonky.
Editor : Bayu Probo
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...