Yudi Latif: Ada Kedekatan Luar Biasa Nilai Keislaman dan Keindonesian
MEDAN, SATUHARAPAN.COM – Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif menyatakan, ada kedekatan yang luar biasa antara nilai keislaman dan keindonesian. Pesan moral itu tersimpul dalam istilah Rahmatan Lil Alamin yang membawa rahmat kasih sayang bagi sekalian alam.
Pria kelahiran Sukabumi itu menyampaikan pendapatnya dalam gelaran “Mengasah Jati Diri (Mengaji) Indonesia” yang berlangsung di Kampus I UINSU, Jalan Sutomo Kota Medan, Rabu (11/4) malam.
Yudi Latif mendapat kesempatan berbicara seusai Menag Lukman Hakim, yang menjadi host mengawalinya dengan isu nilai universal Islam dan implementasi Pancasila agar tidak tercerabut dari jati diri bangsa.
Di hadapan ribuan mahasiswa dan masyarakat Kota Medan, alumni Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur itu, memaparkan sebelum Islam datang ke Nusantara, berbilang adat di penjuru negeri sudah mengamalkan nilai luhur kebudayaan.
“Misalnya cintailah sesamamu layaknya engkau mencintai diri sendiri. Dalam ajaran Bung Karno adalah semangat gotong-royong. Inilah yang hidup di bumi kearifan Indonesia, layaknya peribahasa asam di gunung, garam di laut bersatu dalam belanga,” kata Yudi.
"Jadi semangat Rahmatan Lil Alamin, ada di Sunda, Jawa, Papua, Maluku, Sumatera dan suku lain di Indonesia. Di Maluku, semangat Rahmatan Lil Alamin itu adalah bersaudara," ia menambahkan.
Menurutnya, nilai universal Islam itu memperoleh akar kultural yang sangat kuat, bahkan bagaimana harmoni itu dibangun. Hampir semua ajaran spritual Nusantara mengamalkan membangun kasih sayang kepada manusia, Tuhan, dan alam semesta.
“Dalam Islam dikenal hubungan dengan Tuhan, manusia, dan relasi kasih sayang kepada alam semesta. Ajaran agama Islam dan Nusantara itu berpadu, itulah kemudian mengapa Islam masuk begitu mudah di Nusantara,” ujar Yudi.
“Jadi kalau ada budaya lokal yang tidak menjunjung nilai persatuan dan peradaban, ya tinggalkan,” tegas Yudi.
Ia menambahkan, nilai-nilai Pancasila berasal dari nilai universal dari mutu kemanusian, peradaban, dan persatuan. Pancasila, kata Yudi, sesuai disampaikan Bung Karno, digali dari karifan bangsa sendiri.
“Kalau kita konversikan Pancasila dan keislaman maka kita akan menemukan nilai universal yang sama. Semangat moralnya pun sama. Menariknya lagi pendiri bangsa menempatkan agama di urutan pertama pada Pancasila,”ujarnya.
Mengasah Jati Diri (Mengaji) Indonesia merupakan program unggulan dari Kementerian Agama yang dikemas dalam bentuk talk show. Mengangkat tema “Kita Berindonesia, Kita Berbudaya”, acara ini dipadati ribuan mahasiswa dan masyarakat Kota Medan dan sekitarnya. Helat Mengaji Indonesia ini merupakan kali kedua setelah sukses perdana digelar di UIN Sunan Ampel, Surabaya, pada Maret 2018.
Selain Yudi Latif, hadir dua nara sumber lain, yaitu KH Saidurrahman (Rektor UINSU) dan Habib Jidan bin Novel (ulama). Gelaran Mengaji di UINSU kian menarik dengan suguhan hiburan dari Indah Nevertari, pemenang Rising Star asal Sumut.(kemenag.go.id)
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...