Yusak Soleiman Pimpin STT Jakarta
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Sekolah Tinggi Teologi Jakarta Pdt Joas Adiprasetya mengabarkan bahwa Pdt Yusak Soleiman terpilih menjadi ketua baru STT Jakarta.
Di akun media sosial Facebook, Selasa (19/5) Pdt Joas mengabarkan
Posted by STT Jakarta on 18 Mei 2015
Saat ini, pria yang akrab dipanggil Yos ini adalah Pembantu Ketua 1 Bidang Akademik di STT Jakarta. Pengampu mata kuliah Sejarah Agama Kristiani 1 dan 2, Sejarah Kekristenan Asia (matakuliah Sejarah Gereja dan Teologi di Asia), dan mata kuliah Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam.
Pria kelahiran Jakarta, 20 September 1966 ini menyelesaikan pendidikan Sarjana Theologia (S.Th.) di STT Jakarta (1989), MA – Fakultas Teologi, Universitas Groningen, Belanda (1997), MPhil – TaNAP Project, Universitas Leiden, Belanda (2004), PhD – Fakultas Sastra, VrijeUniversiteit Amsterdam, Belanda (2011)
Minat utama Yusak sebagai sejarawan adalah membangun dan memperkuat minat para sejarawan muda untuk membangun jaringan, mengumpulkan dan meneliti sumber-sumber lokal dan menulis sejarah autentik dan aktualnya masing-masing. Hal ini dilakukannya melalui PDSGI di STT dan Komisi Pengajian Teologi (KPT) di gerejanya Gereja Kristen Indonesia (GKI).
Bersama dengan KPT ia menerbitkan Calvinis Aktual (2010), sebuah rangkaian studi pada peringatan 500 tahun kelahiran tokoh reformasi Yohanes Calvin. Ia juga menjadi salah satu kontributor dalam A History of Christianity in Indonesia (2008), sebuah buku referensi utama mengenai Kekristenan di Indonesia yang disunting oleh Prof. JS Aritonang (STT Jakarta) dan Prof. K Steenbrink (Universitas Utrecht, Belanda). Pidato Ilmiah (Orasi) yang disampaikannya pada Dies Natalis ke-68 STT Jakarta (2002) - membahas mengenai Perang-perang Salib sedang dalam proses penerbitan. Disertasinya diterbitkan bersama oleh BPK Gunung Mulia, Jakarta dan serial MISSION no. 54 oleh Boekencentrum, Zoetermeer, di Belanda. Beberapa tulisan lainnya mengenai sejarah dan teologi tersebar dalam berbagai kompilasi, baik di dalam maupun di luar negeri.
STT Tertua di Indonesia
Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta adalah perguruan tinggi teologi yang tertua di Indonesia. Sekolah ini didirikan pada tanggal 9 Agustus 1934 di Bogor dengan nama Hoogere Theologische School (HTS). Prof. Dr. Th. Mülller-Krüger, pejabat rektor STT Jakarta (rektor pertama adalah Dr. J.R. Sloetemaker de Bruine), pada tahun itu juga mendengungkan apa yang disebutnya theologia in loco, teologi yang diharapkan tidak asing bagi Indonesia dan yang dapat berbuah bagi Gereja-gereja di Indonesia. Pada waktu itu masa pendidikan berlangsung enam tahun dan diharapkan dapat menghasilkan pendeta bangsa Indonesia dalam waktu yang sesingkat mungkin dan hasil sebaik mungkin. Antara tahun 1942-1945, pada masa pendudukan Jepang, dosen-dosen HTS ini ditawan dan perkuliahan pun terhenti. Akibatnya, sekolah terpaksa ditutup. Ketika dibuka kembali pada tahun 1946, sangat terasa kebutuhan untuk mendidik sebanyak mungkin tenaga Indonesia dalam waktu yang singkat, untuk pelayanan gereja-gereja di masa depan. Program pendidikan pun diarahkan kepada wawasan ekumenis.
Ketika Republik Indonesia diproklamasikan, HTS dikembangkan menjadi suatu lembaga pendidikan teologi yang sepenuhnya setaraf dengan pendidikan universitas. Pada tanggal 27 September 1954 nama HTS diubah menjadi Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, dan sejak itu tanggal tersebut diambil menjadi tanggal peringatan berdirinya STT Jakarta.
Pada tahun itu untuk pertama kalinya ijazah SMA dituntut sebagai syarat masuk STT Jakarta. Bahasa Indonesia resmi digunakan menggantikan bahasa Belanda. Sifat ekumenis sekolah ini menjadi makin jelas. Jabatan rektor ditangani secara bergiliran oleh dosen-dosen Indonesia. Mahasiswa pun datang dari pelbagai penjuru tanah air.
Sekolah ini diasuh oleh Yayasan Lembaga Perguruan Tinggi Teologi di Indonesia (YLPTTI). Maksud dan tujuan YLPTTI dan STT Jakarta adalah mengusahakan dan menyelenggarakan pendidikan tinggi teologi di Indonesia sebagai tempat pembinaan teologi dengan mengelola pendidikan teologi, untuk melayani Gereja dalam melaksanakan tugas panggilannya di tengah-tengah masyarakat.
Pada tahun 1958 STT Jakarta membuka program studi lanjutannya sendiri, dan sejak 1966 juga mengembangkan program studi lanjutan South East Asia Graduate School of Theology (SEAGST), dalam rangka konsorsium sekolah-sekolah teologi di Asia Tenggara yang cukup berhasil mengalihkan arus studi lanjutan ke kawasan Asia sendiri.
Sekitar tahun 2003, STT Jakarta mengembangkan program Pusat Pembelajaran Warga Gereja (PPWG). Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan bagi gereja khususnya bagi warga gereja yang berada di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Pada 2000, program studi S-1 STT Jakarta memperoleh status terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan peringkat B. Pada saat reakreditasi 2004, peringkat tersebut meningkat menjadi A. Status terakreditasi dengan peringkat A juga disandang oleh program studi Magister Teologi. Bahkan Program Studi Doktor Teologi adalah Program Studi Doktor Teologi yang pertama terakreditasi di Indonesia dan meraih peringkat A. Hingga 2013, STT Jakarta telah meluluskan mahasiswa/i sebanyak 2448 orang, dengan jumlah lulusan Sarjana Theologi (S.Th.) dan Sarjana Sains Teologi (S.Si. (Teol.)) sebanyak 1875 orang, Magister Divinitas (M.Div.) sebanyak 3 orang, Magister Ministri (M.Min.) sebanyak 196 orang, Doktor Ministri sebanyak 9 orang, Magister Teologi (termasuk program SEAGST) sebanyak 304 orang, dan Doktor Teologi (termasuk program SEAGST) sebanyak 61 orang. Para mahasiswa/i program-program studi tersebut diutus oleh gereja ataupun lembaga gerejawi, sehingga sebagian besar kembali melayani gereja atau bekerja pada lembaga pengutus masing-masing.
Berdasarkan laporan 2012, perpustakaan STT Jakarta mengoleksi 64.870 eksemplar dengan 39.571 judul buku, yang membuatnya menjadi salah satu perpustakaan teologi terbesar di Indonesia.
Menjelang usianya yang ke-80 tahun, STT Jakarta terus berupaya keras untuk mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu teologi dan ilmu-ilmu lain yang terkait, agar dapat terus berdiri di barisan depan pendidikan teologi di Indonesia.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...