Al Sisi Memperingatkan Tindakan Yang Mempersulit Situasi Mesir
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Menteri Pertahanan Mesir, Jenderal Abdel-Fattah el-Sisi, memperingatkan bahwa setiap upaya yang menganggu situasi akan membuat sulit proses transisi di negara itu. Sementara itu, pemerintah baru juga mengajak kelompok Ikhwanul Muslimin masuk kabinet dan terlibat pada proses transisi.
Pernyataan itu disampaikan Selasa (9/7), hampir sepekan setelah Presiden Mohammed Morsi dicopot dari jabatannya dan ditunjuknya hakim Adly Mansour sebagai kepala negara sementara.
Sementara itu, Mansour telah menunjuk mantan menteri keuangan, Hazem el-Beblawi, sebagai Perdana Menteri. Di pihak lain, el-Beblawi juga telah mengatakan bahwa dia akan menawarkan beberapa pos kabinet kepada anggota gerakan Ikhwanul Muslimin, kelompok yang selama ini mendukung Morsi.
Penunjukan el-Beblawi diumumkan pada Selasa pagi waktu Kairo, bersama dengan Mohamed ElBaradei, yang menduduki jabatan Wakil Presiden dengan tanggung jawab untuk urusan luar negeri.
Hazem el-Beblawi menjabat menteri keuangan selama periode pemerintahan militer pasca penggulingan Hosni Mubarak. Sdangkan ElBaradei adalah politisi liberal yang pernah menjadi Kepala Badan Nuklir Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Partai Nour yang dikenal ultra-konservatif mengatakan menyatakan masih mempelajari pencalonan ElBaradei. Sebelumnya ElBaradei dicalonkan sebagai perdana menteri, namun pencalonannya kandas pada awal pekan ini, karena Partai Nour keberatan atas pencalonannya.
Partai tersebut bahkan sempat menyatakan menarik diri dari pembicaraan untuk membentuk pemerintahan baru. Namun pada Selasa dilaporkan kembali terlibat dalam pembahasan itu. Presiden sementara telah mengeluarkan pernyataan presiden bahwa mereka mengulurkan tangan untuk Partai Nour dan Ikhwanul Muslimin.
"Tidak ada keberatan sama sekali untuk melibatkan kedua partai dalam pemerintahan," kata juru bicara kepresidenan kepada kantor berita negara. Hazem el-Beblawi menyebutkan akan memilih orang menjadi menteri berdasarkan pengalaman dan efisiensi, meskipun hal itu tidak mudah, dan entah kapan bisa dilakukan untuk membentuk pemerintahan baru.
Masa Depan Mesir Lebih Penting
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Menteri Pertahanan, Abdel-Fattah el-Sisi mengatakan, "masa depan bangsa ini terlalu penting dan sakral bagi manuver atau hambatan apapun."
Dia menegaskan bahwa baik tentara maupun rakyat Mesir tidak akan menerima sikap mengulur-ulur atau menggangu periode yang sulit dan rumit ini.
Situasi di Mesir telah menjadi kekacauan sejak Morsi digulingkan pekan lalu. Rakyat kemundian melakukan aksi di jalan-jalan, baik yang mendukung Morsi, maupun mereka yang sebelumnya menekan agar Morsi mundur. Bentrokan di antara kedua kubu, dan juga militer yang menjaga telah menewaskan puluhan orang dan ratusan lainnya terluka.
Sementara itu, Ikhwanul Muslimin yang mendukung Morsi menyatakan menolak jadwal yang disampaikan pemerintah sementara untuk pemilihan unum. Mereka masih dalam poisi bahwa pemerintahan itu tidak sah, dan menolak kudeta militer terhadap Morsi.
Lain lagi yang disampaikan kelompok penetang Morsi, yang disebut kelompok Tamarod, yang menjadi motor aksi protes anti-Morsi. Mereka mengatakan bahwa konsultasi yang dilakukan hari Selasa itu tidak membahas rencana pemilihan umum yang akan diajukan Mansour. Mereka lebih banyak membahas situasi di Mesir.
Bantuan Keuangan
Disebutkan bahwa dalam 15 hari Presiden sementara akan memimpin konsultasi untuk membahas penyusunan konstitusi baru. Amandemen konstitusi yang akan diselesaikan dan dimasukkan dalam referendum dalam empat bulan ke depan. Perubahan konstitusi ini, karena Morsi yang dipilih secara demokratis telah berubah menjadi otoriter dan mengejar agenda islamis dari kelompok Ikhwanul Muslimin, sehingga gagal dalam mengatasi krisis ekonomi.
Gerakan yang dilakukan militer mendapat samputan dari beberapa negara Teluk. Uni Emirat Arab dan Arab Saudi menyatakan akan memberi bantuan keuangan untuk menunjukkan dukungan bagi pemerintahan baru.
Uni Emirat Arab telah menjanjikan pinjaman sebesar US$ dua milyar dan hibah sebesar sebesar satu miliar dolar AS. Sementara Arab Saudi telah menyetujui paket bantuan sebesar US$ lima milyar.
Dilaporkan oleh BBC Arab bahwa kedua negara memiliki ketakutan dan ketidakpercayaan terhadap Ikhwanul Muslimin. Banyak warga Mesir yang menyebar ke negara Teluk sebagai guru dan teknisi selama dekade yang lalu untuk menghindari penganiayaan di Mesir.
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...