Pos Pemeriksaan Keamaan di Sinai Kembali Diserang
SINAI, SATUHARAPAN.COM - Dua orang tewas dan enam luka-luka dalam serangan di pos pemeriksaan keamanan di Sinai, pada Rabu (10/7). Lebih dari sepekan, daerah Sinai menjadi tempat sasaran serangan oleh orang-orang yang memanfaatkan ketidak-stabilan penggulingan Presiden Mohamed Morsi, Mesir, seperti disampaikan dari situs aljazeera.com.
Paramedis dan pejabat keamanan setempat mengatakan bahwa salah satu korban tewas adalah warga sipil yang mobilnya terkena granat roket.
Selain menyerang pos keamaan di Sinai, para pelaku juga menyerang pangkalan polisi dengan mortir dan senapan mesin, dan juga menyerang pos polisi lainnya di kota El-Arish, 27 kilometer sebelah barat dari Rafah.
Belum lama ini, seorang tentara Mesir tewas dan seorang polisi terluka dalam serangan di pos pemeriksaan keamanan di Sinai, dan lima petugas keamanan tewas dalam pertempuran sengit dengan para militan pada hari Jumat (5/7) yang lalu, di Ibukota El Arish.
Kemudian, pada hari Sabtu (6/7), seorang imam juga tewas di sana oleh sekelompok militan, dan empat pos pemeriksaan diserang, dan pipa gas dari Mesir yang menuju ke Yordania meledak akibat peristiwa tersebut.
Akar Penyebab Konflik Sinai
Jurnalis Al Jazeera, Rawya Rageh yang secara khusus meliput Timur Tengah mengatakan bahwa akar penyebab konflik di Sinai dilatarbelakangi oleh marginalisasi dan penelantaran suku-suku yang berada di perbatasan Mesir, antara Israel dan Jalur Gaza.
“Daerah strategis antara Israel dan Jalur Gaza di perbatasan Mesir, dihuni oleh suku-suku yang telah lama mengeluhkan marjinalisasi dan penelantaran. Wilayah ini tetap merupakan gurun terbelakang yang tidak mendapatkan prasarana yang memadai dan pelayanan yang baik, bahkan sudah puluhan tahun setelah itu dibebaskan dari kependudukan Israel pada tahun 1982,” kata Rawya Rageh, yang dikutip dari blogs.aljazeera.com.
Menurut Rawya Rageh, selama ini daerah tersebut telah menjadi tempat transaksi kegiatan ilegal, seperti penjualan narkoba, perdagangan manusia, dan penyelundupan senjata.
Selanjutnya, di daerah itu mengalami kekosongan keamanan sejak terjadinya revolusi pemerintahan, dan itu menyebabkan semakin meningkatnya serangan terhadap pasukan keamanan, jaringan pipa gas, dan penyerangan warga tetangga Israel dan juga penculikan terhadap para wisatawan.
“Pemerintah di bawah kepempinan Presiden Mohammed Morsi telah gagal untuk mengatasi akar penyebab masalah di sana,” ujar Rawya Rageh.
Editor : Yan Chrisna
Ratusan Tentara Korea Utara Tewas dan Terluka dalam Pertempu...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Ratusan tentara Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia mela...