Alarm Tubuh
SATUHARAPAN.COM Beberapa waktu lalu media massa menurunkan berita tentang seorang pekerja profesional yang meninggal setelah 30 jam bekerja terus-menerus. Mungkin karena mengejar tenggatsebagai profesional yang bertanggung jawab terhadap pekerjaannyapekerja itu berusaha untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknya. Diberitakan bahwa selama 30 jam itu, dia mengonsumsi minuman yang mengandung kafein agar stamina tetap terjaga.
Seorang kawan saya pernah berujar: Sebenarnya, tubuh kita adalah bagian dari diri kita yang paling jujur. Dia mempunyai alarmnya sendiri untuk mengingatkan kita. Dan memang benar demikian adanya. Ketika butuh makan kita merasa lapar. Ketika butuh cairan kita merasa haus. Ketika mengantuk kita menguap, dan seterusnya. Hanya saja manusia modern sering kali berusaha mengatasinya dan mengelabui alarm tubuh tersebut. Biasanya karena tuntutan dan tanggung jawab pekerjaan.
Pernah ketika melihat saya terlalu sibuk sehingga Sabtu dan Minggu pun masuk kerja, seorang rekan saya berseloroh, Hei, harus ingat pulang dan istirahat ya. Tuhan saja beristirahat pada hari ketujuh penciptaan untuk menikmati hasil karya-Nya. Mosok ciptaan-Nya nggak inget istirahat . Betul, kadang saya dan mungkin Anda lupa istirahat. Sering mengabaikan alarm tubuh yang berbunyi. Sering memanipulasinya dengan berbagai minuman atau makanan penambah stamina. Hal yang paling fatal adalah justru ketika tubuh meminta kita untuk berhenti selamanya.
Ada baiknya kita menyimak jawaban dari Dalai Lama ketika ditanya apa rahasia kebahagiaan dalam hidup. Dia menjawab: eat well, sleep well. Makan dengan enak dan tidur bisa nyenyak. Nah, sekarang tergantung kita: Bersedia atau tidak mendengarkan alarm tubuh?
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...