Beruk Mentawai Sering Dianggap Sebagai Hama
SATUHARAPAN.COM Beruk mentawai (Macaca pagensis) ini bersifat endemik dan hanya dijumpai di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, sehingga disebut Beruk Mentawai. Satwa ini terutama di jumpai di Pulau Siberut, Pagai Utara, Pagai Selatan dan Pulau Sipora. Masyarakat setempat sering menyebutnya Bokoi atau Siteut.
Para peneliti mengidentifikasi beruk ini dalam dua kelompok, yaitu, Macaca pagensis pagensis yang hidup di Pagai Utara dan Pagai Selatan serta Pulau Sipora, dan Macaca pagensis siberu yang hidup di Pulau Siberut.
Satwa ini mempunyai ciri seperti umumnya beruk, hanya saja ukurannya lebih kecil dan bulunya lebih gelap, serta warna bulu pada bagian pipi putih. Panjang tubuh antara 40-50 centimeter, panjang ekor sampai 35 centimeter dan berat antara 10-12,5 kilogram.
Primata ini mempunyai daerah jelajah yang lebih luas daripada monyet, dan bisa dijumpai dari hutan bakau di pesisir sampai hutan primer, hutan nipah, bahkan di sekitar pemukiman penduduk. Makanannya berbagai jenis buah, biji dan bunga, serta pucuk daun. Binatang ini sering memakan buah kelapa, sehingga sering dianggap sebagai hama.
Beruk Mentawai hidup berkelompok dengan anggota antara 5- 20 ekor, dan seekor jantan dominan. Pergerakan di tanah biasanya dengan keempat kaki (quadripedal), dan perpindahan dari pohon ke pohon dengan melompat. Beruk ini biasa aktif di siang hari (diurnal).
Satwa ini termasuk yang terancam punah akibat perburuan untuk konsumsi daging dan upacara adat, serta tekanan terhadap habitatnya. Sekarang ini populasinya diperkirakan tinggal 30.000 ekor. Pemerintah telah melindunginya dengan UU No. 5 tahun 1990 dan masuk dalam daftar satwa yang statusnya kritis. (Conservation International Indonesia)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...