Nila, Si Pewarna Biru Alami
SATUHARAPAN.COM - Ketika orang mengatakan nila berarti biru itu karena sejak lama masyarakat mengenal sumber warna biru untuk, terutama kain, dari tanaman yang disebut nila.
Tanaman ini mempunyai banyak species, namun masyarakat secara umum menyebutnya nila. Salah satunya adalah jenis yang dalam bahasa ilmiah Indigofera arreca Hochst.ex A.Rich.
Kata indigo ini juga sering kemudian digunakan untuk menyebut jenis warna biru. Sehingga kita sering mendengar orang menyebut biru nila atau biru indigo.
Tanaman sumber pewarna alami sekarang tengah populer, setelah dalam satu periode industri tekstil moderen menggunakan pewarna kimia, dan terbuti banyak mencemari lingkungan.
Para pengajin tekstil tradisional yang tekun menggunakan pewarna alami menjadi gudang pengetahuan penting, termasuk yang menyelamatkan berbagai jenis tanaman pewarna. Dan sekarang kesadaran akan lingkungan membuat masyarakt mulai kembali ke pewarna alami.
Salah satu sumber pewarna alami adalah tanaman nila. Seperti apa sosok tanaman nila ini? Nila bisa ditemui di tempat-tempat terbuka yang banyak mendapatkan sinar matahari. Tidak jarang jika tanaman ini juga ditemukan di pinggir jalan besar, di tepi rel kereta api atau di hutan-hutan sekunder. Tumbuh bercampur dengan jenis-jenis terna, seperti pulutan, sidaguri, wedusan atau jenis rumput-rumputan.
Tanaman ini, meskipun bisa ditemui di banyak tempat di Indonesia, bukan asli tanaman Indonesia. Tanaman ini didatangkan dari Abyssinia (Zimbabwe) sekitar tahun 1860 untuk digunakan sebagai pupuk hijau dan dimanfaatkan sebagai bahan pewarna (nilai atau biru).
Bila sudah dewasa Nila dapat tumbuh menjadi semak, tetapi tumbuhan ini tidak mempunyai tajuk yang rimbun sehingga tidak menganggu jenis lain yang tumbuh di bawahnya. Pada tempat yang cocok untuk tumbuh, tanaman ini bisa mencapai tiga meter. Percabangannya banyak, jumlah anak-anak daun pada setiap tangkai sampai 17 helai. Bentuknya lonjong atau lonjong sampai bulat telor dengan permukaan berbulu halus, warnanya keabu-abuan.
Tandan bunga tumbuh di ketiak daun yang ukurannya beragam antara 2 - 10 buah. Hampir semua bunga yang mekar menjadi polong. Panjang polong sekitar tiga centimeter, bentuknya bulat memanjang seperti lidi. Tiap polong berisi sekitar 10 biji berwarna hitam.Dengan biji-biji ini tanaman diperbanyak.
Budidaya Nila sudah lama dilakukan meskipun tidak secara besar-besaran. Warna biru yang dihasilkan zat yang terdapat pada daunnya sangat bagus. Dulu Nila dipakai untuk pewarna kain batik, dan bahan pakaian lainnya, sebelum pewarna sintetis diperkenalkan ke pasar. (sumber: Puslitbang Biologi-LIPI dan sumber lain)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...