Brasil Catat Defisit Perdagangan Terburuk dalam 20 Tahun
BRASILIA, SATUHARAPAN.COM – Brasil membukukan defisit perdagangan 2,35 miliar dolar AS pada November, neraca perdagangan bulanan terburuk negara itu dalam 20 tahun, dan memperkuat pergeserannya ke posisi merah secara neraca tahunan setelah satu dekade surplus.
Defisit untuk tahun yang berjalan sampai saat ini mencapai di 4,2 miliar dolar AS, merupakan yang terburuk sejak tahun 1998, kementerian perdagangan mengatakan pada Senin (1/12), dan defisit bulanan November adalah 15 kali lebih buruk dari tahun lalu.
Negara ini biasanya membukukan surplus pada Desember, tetapi tidak mungkin cukup untuk membawa neraca perdagangan kembali menjadi hitam, kata kementerian itu.
Brasil terakhir membukukan defisit akhir tahun pada 2000.
"Total impor pada November yang sedikit di bawah 18 miliar dolar AS, melampaui ekspor 15,6 miliar dolar AS," kata kementerian itu.
Angka ekspor terpukul jatuhnya harga bahan baku dan krisis ekonomi di negara tetangga Argentina, pembeli utama produk Brasil.
Brasil jatuh ke dalam resesi pada awal tahun ini dan telah menderita pertumbuhan relatif rendah selama empat tahun.
Meskipun PDB melesat menjadi 7,5 persen pada 2010, pertumbuhan turun kembali menjadi 2,7 persen pada tahun berikutnya, mencapai hanya 1,0 persen pada 2012 dan kemudian naik menjadi 2,5 persen pada 2013.
Proyeksi pertumbuhan tahun ini hampir di atas nol.
Tahun lalu Brasil mencatat surplus sebesar 2,6 miliar dolar AS, hasil terburuk negara itu dalam 13 tahun terakhir.
Seminggu yang lalu, pemerintah mengatakan ekonomi terbesar ketujuh dunia itu pada titik keluar resesi, dengan pertumbuhan kuartal ketiga diperkirakan 0,1 persen setelah jatuh 0,2 dan 0,6 persen dalam dua kuartal sebelumnya.
Presiden Dilma Rousseff, yang terpilih kembali pada Oktober, pada Senin menunjuk Armando Monteiro sebagai menteri perdagangan dan industri barunya.
Sedangkan pasar saham Sao Paulo turun 4,47 persen di perdagangan Senin, mengikuti pasar AS dan Eropa di tengah kekhawatiran atas penurunan harga minyak dan data ekonomi lemah dari Tiongkok, di mana penurunan permintaan untuk bahan baku telah menjadi faktor utama dalam menyeret turun pertumbuhan Brasil.
Indeks Ibovespa utama ditutup pada 52.276 poin dengan perusahaan pertambangan dan elektronika memimpin penurunan.
Saham raksasa minyak Petrobras jatuh empat persen setelah keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) minggu lalu untuk mempertahankan produksi di 30 juta barel per hari meskipun pasokan berlimpah dan harga jatuh. (AFP/Ant)
Gereja-gereja di Ukraina: Perdamaian Dapat Dibangun Hanya At...
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM-Pada Konsultasi Eropa tentang perdamaian yang adil di Warsawa, para ahli da...