FBI Ingatkan Tentara AS akan Bahaya Medsos
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – FBI memperingatkan tentara yang tengah dalam tugas untuk memeriksa akun media sosial mereka untuk memastikan tidak menarik perhatian yang tidak diinginkan dari pegaris keras yang mungkin akan menyerang kepentingan AS. Demikian kata berita ABC pada Senin (1/12).
Biro penyelidikan pusat FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri menginginkan tentara dan purnawirawan memeriksa akun mereka yang mungkin menarik perhatian kelompok yang menamakan dirinya Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) dan pendukungnya, kata buletin lembaga penegak hukum AS itu.
Buletin itu menambahkan bahwa FBI memiliki keterangan yang menunjukkan bahwa orang-orang di luar negeri "menandai dan menilai" orang, yang bersedia menyerang tentara dan purnawirawan Amerika Serikat.
Pihak berwenang secara khusus mengkhawatiri kemungkinan munculnya peniru-peniru yang terilhami dua serangan terpisah terhadap tentara di Kanada pada Oktober.
Serangan pegaris keras di Kanada mengakibatkan kematian dua tentara. Polisi menyatakan dua tersangka dalam kejadian terpisah itu berbela rasa pada pegaris keras dan ingin bergabung dengan kelompok NIIS.
Sejak awal serangan udara pimpinan Amerika Serikat terhadap kelompok NIIS di Irak dan Suriah, Washington meningkatkan imbauan akan kewaspadaan.
Pada Oktober, Departemen Luar Negeri memperingatkan akan kemungkinan peningkatan tindakan balasan terhadap kepentingan Amerika Serikat.
Pada September, juru bicara IS Abu Mohammed Adnani mendesak pendukung pegaris keras, yang tinggal di negara anggota sekutu, untuk menyerang anggota bukan Muslim sebangsa mereka.
Kelompok pemberontak NIIS memerangi pemerintah Suriah sejak 2012. Pada Juni 2014, kelompok itu menyatakan kekhalifahan di wilayah luas, yang direbutnya di Irak dan Suriah.
Persekutuan pimpinan Amerika Serikat saat ini melakukan serangan udara terhadap pemberontak di kedua negara tersebut.
Menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Oktober, sekitar 15.000 pejuang asing dari 80 negara memasuki Suriah dan Irak untuk bergabung dengan NIIS atau kelompok keras lain sejak perang saudara Suriah pecah pada 2011.
Di Jerman, pemerintah menyelidiki sekitar 300 orang, yang diduga terlibat dengan NIIS, kata Welt am Sonntag, mengutip Menteri Kehakiman Heiko Maas.
"Kejaksaan melakukan penyelidikan terhadap sekitar 300 orang, yang diduga memiliki hubungan dengan NIIS," kata menteri itu seperti dikutip surat kabar tersebut.
Pemerintah Finlandia juga menyatakan bahwa mereka yang kembali ke negara itu dari dugaan berjuang di daerah perang akan diselidiki jika kembali.
Kepala keamanan menyatakan sekitar 50 warga Finlandia kini bertempur di Suriah. (AFP/Ant/ABCNews)
PM Lebanon Minta Iran Bantu Amankan Gencatan Senjata Perang ...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri sementara Lebanon pada hari Jumat (15/11) meminta Iran untuk...