ISIS Minta Gereja Timur Bayar Rp 286 M Tebus 200 Kristen Asyur
URFA, TURKI, SATUHARAPAN.COM – Aktivis hak asasi manusia dari The Assyrian Network for Human Rights (ANHR) mengatakan perundingan antara pemimpin-pemimpin Asyur dengan kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS untuk pembebasan 212 sandera umat Kristen Asyur ditunda sementara setelah ISIS menuntut US$ 22 juta atau sekitar Rp 286 miliar sebagai uang terbusan.
Berbicara kepada ARA News yang melansirnya pada 12 Mei, aktivis hak-hak sipil dari kota Tel Temir di provinsi Hasakah, di timur laut Suriah mengatakan bahwa perundingan rahasia yang terjadi antara beberapa anggota terkemuka Asyur dan kelompok ISIS tersebut dimediasi oleh tokoh-tokoh suku Arab.
"Kelompok ini, dengan meminta sejumlah besar uang, sedang mencoba untuk membuat lebih banyak tekanan kepada koalisi internasional yang dipimpin AS," kata seorang sumber dari kalangan Asyur yang tidak mau disebutkan namanya. ISIS sangat mungkin membunuh beberapa sandera dalam upaya memaksa para negosiator membayar uang tebusan.
Perolehan uang tebusan tersebut dianggap sebagai salah satu sumber keuangan utama ISIS untuk menutupi biaya operasi militer mereka di Irak dan Suriah.
Sekitar 212 sandera Kristen Asyur telah ditangkap oleh para ekstremis ISIS di provinsi Hasakah, setelah kelompok itu menyerbu desa Asyur di pedesaan Tel Temir. Di antara sandera setidaknya terdapat 84 perempuan, 39 anak-anak, dan puluhan orang tua.
ANHR menyatakan keprihatinan mendalam atas nasib para sandera Asyur dan meminta masyarakat internasional untuk campur tangan dan membantu melepaskan mereka dari tangan kelompok ekstremis.
ISIS menculik 235 warga sipil di pedesaan Tel Temir pada tanggal 23 Februari lalu, namun 23 diantarnya telah dibebaskan, sementara 212 lainnya masih ditahan.
Sebelumnya, seorang uskup Asyur telah mengkonfirmasi bahwa negosiasi dengan ISIS terhenti setelah kelompok itu menuntut tebusan US$ 23 juta (berselisih US$ 1 juta dengan yang disebutkan ANHR) sebagai imbalan bagi pembebasan sandera Kristen Asyur tersebut.
Menurut A Demand for Action, sebuah kelompok pembela hak hak orang Asyur, Uskup Mar Mellis berbicara kepada Radio SBS di Australia tentang negosiasi antara Gereja Timur Asyur dengan ISIS.
"Kami mencoba berkali-kali untuk bernegosiasi dengan orang-orang yang menangkap mereka dan untuk pembebasan mereka. Kami menawarkan mereka sejumlah uang sesuai dengan hukum jizyah [pajak agama] tapi sayangnya setelah seminggu negosiasi, mereka mengatakan kepada kami bahwa ISIS ingin $ 100.000 untuk setiap orang. Mereka meminta lebih dari $ 23 juta," kata Uskup Mar Mellis, sebagaimana dilansir oleh catholicherald.co.uk, 30 April lalu.
"Kami adalah negara miskin. Orang-orang ini (para sandera, Red) tidak melakukan sesuatu yang salah dan tidak akan merugikan siapa pun. Kita sebagai Asyur tidak memiliki jumlah uang yang mereka minta," kata dia.
"Setelah dua hari, mereka [ISIS] mengatakan kepada kami: 'Jumlah yang ditawarkan gereja tidak dapat diterima. Mulai sekarang, kami tidak akan lagi bernegosiasi dengan Anda."
"Kami kemudian memutuskan untuk menunggu, berharap mereka akan datang kembali untuk berbicara. Sayangnya, kami menerima kabar bahwa 230 orang yang diculik akan dikirim ke Pengadilan Syariah di Raqqa, di mana seorang hakim Muslim dari Mosul akan menentukan nasib mereka."
"Karena mereka dibawa ke Raqqa, kami telah mencoba untuk berbicara langsung kepada hakim di sana. Kami ingin memberi mereka jumlah yang kami tawarkan dan ingin hakim untuk menerimanya."
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...