Jejak Hidup Inspiratif
SATUHARAPAN.COM Teman saya bercerita bahwa ayahnya semasa hidup pernah berpesan agar tidak dikremasi jika meninggal, tetapi minta dikubur kalau punya uang. Alasannya sederhana, kalau dikubur lebih membekas dibanding dikremasi. Kami pun berdiskusi, membicarakan mana yang paling praktis.
Cara sebetulnya tidak menjadi soal. Karena tubuh yang kita miliki bersifat fana alias dapat binasa. Justru yang utama adalah bagian yang tidak dapat binasa. Dari sisi kepraktisan sepertinya cara kremasi lebih pas, walau keduanya berujung sama: menjadi abu.
Lepas dari dikremasi atau dikubur, menarik sekali mempersoalkan alasan bahwa kalau dikubur lebih membekas. Mungkin saja karena dengan dikubur, minimal ada catatan yang ditinggalkan di batu nisan. Ada pepatah menyatakan kalau harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.
Pertanyaannya, nama seperti apa yang akan kita tinggalkan? Tentu tidak sekadar nama yang ada di KTP, dan bukan pula sekadar goresan identitas di batu nisan. Kita tentu berharap nama yang kita tinggalkan bisa benar-benar membekas dan hidup dalam kenangan sebanyak mungkin orang. Meski tidak setenar Mahatma Gandhi atau Bunda Teresa, namun setidaknya nama baik kita membekas dalam benak anak cucu, rumpun keluarga, dan kerabat kerja.
Jadi yang penting sekarang, bukan sekadar keindahan batu nisan. Karena batu nisan hanyalah jejak mati, yang juga bisa menjadi abu di kemudian hari. Kita perlu meninggalkan nama dengan jejak yang memberi inspirasi.
Jejak itu bukan nanti, melainkan sekarang. Jejak itu hidup dan nyata saat ini juga. Ya, saat ini, setiap detik yang kita gunakan. Mari kita tinggalkan jejak-jejak hidup. Jejak yang juga nanti bisa menghidupi orang lain. Meminjam falsafah orang Minahasa : Sitou Timou Tumou Tou, yang berarti manusia hidup untuk menghidupi manusia lain.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...